News

Guru SMP di Kota Tasik Teracam Kehilangan TPG

262
×

Guru SMP di Kota Tasik Teracam Kehilangan TPG

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIMMALAYA (CM)– Pasca dilaksanakannya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun ajaran 2019-2020 sistem zonasi dan non zonasi. Sebanyak lima kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 18 Kota Tasikmaya tak terisi.

Kepala Sekolah SMPN 18-19 Jenal Mutakin mengatakan, pihaknya menargetkan ada 320 siswa atau 11 kelas baru. Namun, dari target hanya terpenuhi enam kelas atau 189 peserta didik baru. Jumlah siswa yang masuk pada tahun ajaran 2019-2020 ke sekolah tak sebanding dengan siswa yang lulus tahun ajaran sebelumnya.

“Tahun kemarin ada 256 siswa, awalnya kami target masuk minimal 256 siswa, makanya kita optimis dapat 11 kelas. Tapi pada kenyataannya yang masuk hanya 189 siswa jadi enam rombel, “terang Jenal kepada media di ruang kerjanya. Senin, (15/7/2019).

Akibat kurangnya peserta didik baru, lanjut Jaenal mengatakan, jam mengajar wajib para guru berpotensi tidak terpenuhi. Seorang guru harus memiliki jumlah jam mengajar selama 24 jam dalam sepekan, dengan mata pelajaran yang linear. Dampak kekurangan murid tersebut, ada delapan guru yang berpotensi tak memenuhi jumlah jam mengajar.

“Beberapa guru masih bisa diselamatkan, jika ada kebijakan dari pemerintah terkait ekuivalensi. Artinnya, para guru bisa memenuhi kewajibannya dengan merangkap jabatan juga seperti menjadi wakil kepala sekolah, guru piket, wali kelas, petugas perpustakaan, atau mengajar ekstrakulikuler,” ujarnya.

Jenal menambahkan, Pihaknya akan mengoptimalkan sistem ekuivalensi untuk memenuhi kekurangan jam mengajar para guru. Meski begitu, diperkirakan masih ada empat guru yang berpotensi tak memenuhi kewajibannya.

Menurut dia, guru yang tak memenuhi jumlah jam mengajar tidak akan mendapat Tunjangan Profesi Guru (TGP). “Ini masih akan jadi masalah. Tapi kita juga akan berhubungan dengan sekolah lain untuk bisa memenuhi jam itu. Ini juga merupakan masukan untuk pemerintah untuk pemetaan guru,” jelasnya.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2019-2020 memang telah usai. Namun, di sekolah yang masih kekurangan siswa pendaftaran masih dapat dilakukan.

“Sekolah tak boleh menutup diri jika orang tua ingin menyekolahkan anaknya. Apalagi, ketika masih ada kursi yang kosong. Tetapi kami harus memahami administrasi. Kita akan sampaikan dulu ke Dinas Pendidikan, jadi tidak terkesan PPDB baru,” jelas Jenal.

Hal yang sama dikatakan, Kepala Sekolah SMPN 11 Kota Tasikmalaya, Eem Sulaeman, Sekolah SMP Negri 11 juga mengalami penurunan peserta didik baru. Dari 321 siswa yang lulus, sekolah yang berlokasi di Kecamatan Cibeureum itu hanya menerima 290 siswa baru.

“Target awal 11 kelas tapi hanya dapat 10 kelas,” keluh Eem.

Menurut dia, jumlah siswa yang masuk ke sekolahnya di bawah rata-rata tahunan yang selalu di atas 300 siswa. Namun, kekurangan siswa di SMPN 11 tak mengurangi jumlah jam mengajar yang wajib dipenuhi guru.

Sementara itu, guru yang terdampak kekurangan siswa mengaku tak tahu cara apa lagi yang harus ditempuh untuk memenuhi jumlah jam mengajar wajib. Guru diwajibkan mengajar 24 jam selama sepekan.

Min Kusmini, guru IPS di SMPN 18 Kota Tasikmalaya, menilai kebijakan yang mengharuskan guru mengajar 24 jam secara linear sangat memberatkan ketika jumlah siswa tak sesuai. Pasalnya, saat ini jumlah guru lebih banyak, sementara siswa berkurang.

“Jadi khawatir juga (tidak mendapat tunjangan). Kalau bisa yang penting mah ngajar 24 jam, jangan harus linear,” katanya.

Ia mengaku tak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi kewajiban jumlah jam mengajar. Sementara untuk mencari ke sekolah lain akan sulit, lantaran kondisi di sekolah lain tak jauh berbeda.

Ia berharap, pemerintah menghapus kebijakan yang mengharuskan guru mengajar secara linear. “Pemerintah harus lihat di lapangan lah. Jangan hanya buat kebijakan,” Harap Kusmini.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, jumlah lulusan sekolah dasar pada tahun ajaran 2018-2019 di Kota Tasikmalaya berjumlah 12.473 siswa. Sedangkan, daya tampung SMP ada 16.954 kursi. Dampaknya, beberapa SMP mengalami kekurangan siswa. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *