KOTA CIMAHI (CM) – Maraknya kasus kekerasan pada kaum perempuan nampaknya menjadi persoalan penting agar kasus ini tidak terulang dan tidak berujung ke meja hijau. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, di bawah naungan Dinas Sosial Kota Cimahi sedikit demi sedikit meminimalisir kasus tersebut.
Bermula dari BPMPKB dari awal Kota Cimahi berdiri sampai tahun 2016 lalu, maka hadirlah Dinas Sosial (Dinsos), P2KB, P3A. Masing-masing bidang tersebut punya kementerian tersendiri.
Saat ini, Dinsos Kota Cimahi resmi membentuk Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) agar para perempuan Indonesia melek politik. Karena, saat ini kuota perempuan dalam berpolitik mengharuskan 30 % memenuhi kuota supaya suara perempuan dapat tersalur di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), baik di tingkat pusat, provinsi, maupun tingkat daerah.
Ermayati Rengganis mengatakan bahwa jadi perempuan harus tangguh. Seperti istilah “Wanita tiang negara” bukan hanya isapan jempol belaka. Karena, menurutnya, peran seorang perempuan terlebih seorang ibu yaitu menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya. Jika perempuan tidak dibekali dengan ilmu, maka bagaimana bisa mendidik anaknya nanti?
“Disamping bekerja untuk rumah tangga, perempuan juga layak berkarir dan berkontribusi untuk lingkungannya,” tutur Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tersebut, Selasa, (27/11/2018).
Anis (sapaan akrabnya) menambahkan, agar dihormati oleh kaum laki-laki maka perempuan harus mengembangkan tiga kecerdasan utama, yakni kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
“Kita dibekali dengan ilmu, maka segala sesuatunya harus seimbang. Jika hanya pintar dalam sisi akademik saja, tentu kadar keimananpun tak akan ada artinya,” terangnya.
Feminisme, menurutnya, hanya istilah yang dipergunakan oleh sebagian orang yang tak paham betul apa maknanya. Faktanya, walaupun berkarir di luar rumah, tentu seorang perempuan harus ingat kodratnya yang harus tetap patuh pada suami. (Intan)
