TASIKMALAYA (CAMEON)-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) menggelar pertemuan Pokja Pencegahan Melalui Transmisi Sekssual (PMTS), di aula Bapelitbangda Komplek Bale Kota Jalan Letnan Harus, Kamis (23/3/2017).
Ari Kusmara, pengelola program HIV AIDS Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya usai kegiatan PMTS membeberkan, kepada CAMEON, bahwa fenomena penularan HIV AIDS di kota santri ini sangat meresahkan.
“Penyebaran yang paling berpotensi ada dua jalur, pertama melalui penggunaan narkoba yang di salurkan melalui jarum suntik,” ujarnya.
Potensi penularan yang kedua, disebabkan dari hubungan biologis sembarangan. Tentu dampaknya bakal merembat ke anggota keluarga, yakni pasangan yang halal suami atau istri, lalu ke anak-anak.
Hasil temuan pihaknya, dari mulai tahun 2014, 2015 sampai 2016 khususnya di Kota Tasik umumnya di Indonesia sudah mengarah pada hubungan seksual dan penggunaan narkoba.
“Jika fenomena seksual terus terjadi dan di biarkan, maka dimensi permasalahan akan semakin luas dan merambat,” ujar Ari.
Perlu diktahui, di Kota Tasikmalaya dari mulai tahun 2016, dimensi seksual yang terjadi bukan hanya hetero seksual saja yang terjadi, melainkan homo seksual sesama jenis juga sudah terjadi.
“Tetapi ada perbedaan antara penularan HIV seksual dengan pengguna narkoba suntik (penasun). Kalau narkoba untuk penggunaannya saja secara otomatis mereka sudah berhubungan dengan hukum sehingga perkembangan dan dampaknya tidak begitu,” pungkasnya. (Edi Mulyana)
