BANDUNG BARAT (CM) – Bagi pengendara yang sering melintas di jalan Padalarang – Cianjur, tepatnya dikawasan Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, tentunya tidak asing dengan kendaraan tua pengangkut batu yang selalu terlihat hilir mudik dari tempat penambangan ke tempat penampungan.
Dengan medan jalan yang berkelok dan curam, truk tua yang usianya lebih dari 30 tahun itu masih sanggup mengaspal dengan muatan batu berton-ton meskipun harus jalan merayap.
Pemandangan buka tutup kap mesin pun menjadi pemandangan yang sudah biasa di pinggir jalan. Sehingga, orang-orang setempat biasa menamakanya truk bayawak (biawak).
“Karena saking pelannya truk berjalan dengan memikul beban berat dan pemandangan buka tutup kap mesin, truk disamakan seperti hewan bayawak yang sedang membuka mulutnya, seolah merayap mirip bayawak,” tegas Toni (35) salah seorang sopir truk bayawak kepada CAMEON, Senin (07/01/2019).
Meski terbilang udzur, namun truk yang diproduksi sekitar tahun 1970-1980 itu masih digdaya dalam melintasi jalur pertambangan yang dipenuhi bebatuan di kawasan Citatah. Truk beroda penggerak 6X6 itu biasanya di datangkan dari Sukabumi dan cirebon.
Jenis asli truk biawak ini adalah Toyota DA ( Diesel ), dan Toyota FA ( Bensin). Toyota DA yang masuk ke Indonesia merupakan Toyota DA Generasi kedua yang dipasarkan secara resmi mulai tahun 1964 dengan kode kendaraan Toyota DA 115C. Truk ini dipersenjatai dengan mesin diesel Inline 6 silinder berkapasitas 6494 cc mampu menghasilkan tenaga maksimal cukup besar hingga 130 ps.
Selain mesin Diesel, ada juga truk biawak yang menggunakan mesin bensin, seperti halnya Toyota DA, Toyota FA yang merupakan generasi kedua. Mesin bensin yang digunakan merupakan bensin 6 silinder seri F andalannya toyota yang dipakai oleh mobil land cruiser, dengan kapasitas 3878 cc.
“Untuk perawatannya sendiri sangatlah mudah, karena sebagian sparepart sudah di upgrade oleh pemilik kendaraan,” kata Toni. (Agus)
Discussion about this post