KOTA TASIK (CM) – Suasana di SLB Yayasan Patriot Kota Tasikmalaya terlihat lebih semarak dibandingkan hari-hari biasanya. Ratusan siswa difabel tampak berbaris rapi, menunggu giliran untuk menerima buku kegiatan amaliah Ramadan yang dibagikan oleh guru pendamping.
Dengan antusias, mereka menuliskan nama mereka di halaman sampul buku sebelum memulai sesi pertama dari program Smartren Ramadan, sebuah pesantren kilat inovatif yang dirancang khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.
Tak lama kemudian, seorang ustaz memasuki kelas. Dengan suara lembut namun penuh makna, ia mengupas pentingnya empati dalam kehidupan, khususnya bagi umat Muslim terhadap mereka yang tertimpa bencana serta kaum fakir miskin. Para siswa, dengan mata berbinar, mendengarkan dengan penuh perhatian, menyerap setiap kata yang diucapkan sang ustaz.
Program Smartren Ramadan bertajuk Pesantren Mandiri Sekolah ini diikuti oleh 112 siswa difabel yang bernaung di SLB Patriot Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini digelar dalam dua gelombang, dengan dimulai pada hari ini, 6 Maret 2025.
Menurut Eulis Siti Hasanah, Kepala SLB Patriot penanggungjawab yang terlibat dalam program ini, konsep Pesantren Mandiri Sekolah memungkinkan siswa berkebutuhan khusus untuk mengikuti pesantren kilat di lingkungan sekolah mereka sendiri.
Dengan bimbingan para guru dan tokoh agama, mereka mendapatkan pendidikan nilai-nilai keislaman, karakter, serta kepedulian sosial yang lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kita berharap Smartren Ramadan di SLB Patriot Kota Tasikmalaya akan menjadi program inovatif yang menggabungkan pendidikan karakter, penguatan nilai keislaman, dan pemanfaatan teknologi digital. Dengan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi siswa difabel, mereka dapat mengembangkan kemandirian spiritual dan sosial, serta menjadi pribadi yang lebih baik setelah menjalani ibadah Ramadan,” ungkap Eulis Siti Hasanah, Kamis, 06 Maret 2025.
Salah satu keunikan dari program ini adalah metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa difabel. Tak hanya ceramah keagamaan, berbagai aktivitas interaktif juga diterapkan guna mempermudah mereka memahami ajaran Islam.
Di antaranya adalah Tadarus Al-Qur’an dengan aplikasi khusus, dirancang bagi siswa dengan keterbatasan penglihatan. Praktik ibadah seperti wudhu dan salat, dengan pendampingan intensif dari guru guna memastikan setiap siswa memahami tata cara ibadah dengan benar.
Kemudian ceramah agama dengan media audio-visual, agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa dengan keterbatasan komunikasi serta kegiatan sosial, seperti penggalangan donasi dan berbagi dengan kaum dhuafa, untuk menanamkan nilai empati dan kepedulian sosial.
Dengan pendekatan inklusif ini, program Smartren Ramadan di SLB Patriot Kota Tasikmalaya tidak hanya membangun keimanan, tetapi juga memperkuat keterampilan sosial serta meningkatkan kemandirian siswa difabel dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kesuksesan Pesantren Mandiri Sekolah ini tak lepas dari kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua, serta masyarakat. Orang tua turut serta dalam mendukung kegiatan ini dengan membimbing anak-anak mereka dalam mengamalkan ilmu yang diperoleh dari pesantren kilat ini di rumah.
Sementara itu, masyarakat sekitar juga memberikan dukungan moral dan material, sehingga kegiatan ini dapat berjalan lancar. Salah satu orang tua siswa, yang enggan disebut namanya, mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya program ini.
“Kami sangat bersyukur ada program seperti ini. Anak-anak kami yang berkebutuhan khusus bisa belajar agama dengan cara yang lebih mudah dipahami. Harapannya, setelah Ramadan, mereka semakin mandiri dalam menjalankan ibadah dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi,” ujarnya.
Mengembangkan Potensi Siswa Difabel Melalui Pendidikan Keagamaan
Program Smartren Ramadan di SLB Patriot Kota Tasikmalaya membuktikan bahwa siswa difabel juga memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan agama dan karakter yang berkualitas. Dengan metode yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, mereka mampu berkembang menjadi individu yang cerdas, berakhlak mulia, dan mandiri.
Lebih dari sekadar mengajarkan nilai-nilai keislaman, Pesantren Mandiri Sekolah juga menjadi ajang pemberdayaan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka diajarkan untuk menjalani kehidupan dengan lebih mandiri serta memiliki empati yang tinggi terhadap sesama.
“Sebagaimana ajaran Islam yang mengedepankan kasih sayang dan inklusivitas, Smartren Ramadan ini menjadi wujud nyata dari semangat rahmatan lil ‘alamin—rahmat bagi seluruh alam,” pungkas Eulis Siti Hasanah.