News

OJK Tasik Pastikan Sektor Jas Keuangan Tetap Terjaga

105
×

OJK Tasik Pastikan Sektor Jas Keuangan Tetap Terjaga

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Ditengah Pandemi Covid-19, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tasikmalaya berupaya mencermati stabilitas sektor jasa keuangan di wilayah Priangan Timur, dan hingga akhir triwulan I 2020 masih tetap terjaga menunjukan kinerja positif.

Kepala OJK Tasikmalaya, Edy Ganda Permana mengatakan, melalui sejumlah kebijakan antisipatif dan asessment forward looking yang tercermin dari stimulus sektor keuangan, fiskal dan moneter, Indonesia cukup mampu mengendalikan volatilitas di pasar keuangan yang sempat naik tajam seiring peningkatan penyebaran Covid-19.

“Dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020, Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara yang diharapkan ekonominya tetap dapat tumbuh positif di tahun 2020,” jelasnya di sela Press Conference di Ruang Rapat Besar Kantor OJK, (11/05/2020).

Ia menambahkan, secara nasional kinerja intermediasi lembaga keuangan per Maret 2020 masih tumbuh positif. Kredit perbankan tumbuh sebesar 7,95% yoy, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan masih dapat tumbuh sebesar 9,54% yoy. Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Maret 2020 juga masih terjaga pada level yang terkendali dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 2,77% (NPL net 0,98%) dan rasio NPF untuk perbankan syariah sebesar 2,75%.

“Adapun likuiditas dan permodalan bank terus dimonitor secara berkala oleh OJK dan masih berada di atas ambang batas sesuai ketentuan. Di wilayah Priangan Timur, perbankan secara umum juga menunjukan kondisi yang masih baik. Meskipun pertumbuhan secara yoy cenderung rendah. Aset bank umum konvensional hanya tumbuh sebesar 0,58% yoy menjadi Rp42,2 triliun,” terang Edy.

Ia juga menyebutkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada posisi yang sama turun 0,88% yoy menjadi Rp16,6 triliun, sementara kredit tumbuh sebesar 0,99% yoy menjadi Rp27,7 triliun. “Untuk bank umum syariah/unit usaha syariah, total aset justru turun 2,02% yoy menjadi Rp3,1 triliun dengan DPK turun 1,72% yoy menjadi Rp1,5 triliun dan pembiayaan turun 1,99% yoy menjadi Rp2,4 triliun,” paparnya.

Menurutnya, untuk BPR aset turun 1,99% yoy menjadi Rp1,2 triliun dengan DPK turun 1,74% yoy menjadi 849 miliar namun penyaluran kredit justru naik 4,25% yoy menjadi 874 miliar. Sedangkan BPRS aset turun 1,06% yoy menjadi Rp78 miliar, DPK turun 0,24% yoy menjadi 47 miliar dan pembiayaan masih dapat tumbuh 2,37% yoy menjadi Rp64 miliar. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *