News

Ini Histori Purwadi, Lelaki Penuh Inovasi dan Pemberani

134
×

Ini Histori Purwadi, Lelaki Penuh Inovasi dan Pemberani

Sebarkan artikel ini
Ini Histori Purwadi, Lelaki Penuh Inovasi dan Pemberani
Aksi Purwadi merawat lampu lalu lintas

PACITAN (CM) – Purwadi tak bergeming, jauh dari istilah mengeluh. Saat menerima perintah dari atasannya, dia harus cepat bergerak.

Tak lama dari perintah tadi, dia sudah bergegas. Padahal saat itu lembayung senja sudah mau meredup, tapi Purwadi harus bertugas.

Saat itu ada keluhan lampu lalu lintas mati. Setelah dia periksa, ternyata masalahnya terletak pada saluran listrik yang tidak mengalir.

Sialnya, saluran listrik itu ditanam dibawah tanah. Walhasil, pegawai kontrak pada Dinas Perhubungan Kabupaten Pacitan ini harus turun ke kolong jembatan.

“Saat itu sudah malam dan turun hujan,” ungkap Purwadi, saat berbincang santai dengan CAMEON, di persimpangan jalan yang kebetulan sedang mengalami kerusakan lampu lalu lintas, Senin (25/02/2019).

Saat Purwadi memutuskan masuk ke kolong jembatan, dia sempat ragu. Masalahnya, selain sudah malam dan gelap, saat itu hujan mendadak turun deras.

“Ketika di bawah kolong jembatan tiba-tiba air naik. Tingginya mencapai leher,” ujarnya.
Dengan penerangan senter di helm, khas penggali terowongan, Purwadi harus berusaha menemukan kabel bermasalah.

Setelah ditemukan, dia perbaiki dan cling! Lampu lalu lintas kembali menyala, memberikan rambu-rambu bagi para pengendara.

“Saat malam hari hujan yang begitu deras, ya sudah biasa membenahi saluran listrik di bawah kolong jembatan seperti itu,” ujarnya.

Saat menerjang derasnya air dikolong jembatan itu Purwadi masih beruntung. Pada kesempatan lain, nasib buruk hamper menghampirinya.

“Pernah kesetrum aliran listrik. Saya terpental, nyaris tak sadarkan diri. Untung ada yang menolong,” katanya.

Demikianlah beberapa adegan nyata dari aktivitas sehari-hari seorang Purwadi. Sudah lima tahun ini dia bekerja sebagai tenaga kontrak.

“Demi tugas ya gimana lagi. Karena niat saya, saat lampu lalu lintas mati terus mendapatkan laporan dari atasan ya langsung dikerjakan. Enggak peduli ada halangan air, panas, malam atau siang,” ujarnya.

Lelaki kelahiran Surakarta, 16 September 1982 ini mengaku siap mengadu nasib di Pacitan. Kata dia, meskipun pekerjaan berat selalu menunggunya,bergelut dengan waktu dan bercengkarama dengan aliran listrik, bukanlah masalah.

Ia mengaku bersyukur karena bisa bekerja, dengan gaji Rp 1 juta sebulan. Meskipun tidak mendapatkan BPJS ketenagakerjaan dari kantor tempatnya bekerja, Purwadi tetap giat bekerja.

Lalu, darimana dia menutupi kekurangan resiko hidup? Karena sudah barang tentu, untuk kebutuhan sehari-hari, biaya rumah tangga di Pacitan dan mengirim untuk keluarga di kampung halaman tidaklah cukup.

Nah, rupanya pria lulusan SMK di Surakarta ini pernah mengambil jurusan audio video. Dengan bekal ini, Purwadi berwirausaha dengan membuat lampu variasi dan digital.

“Kalau mengandalkan gaji gak menyukupi kebutuhan, apa lagi anak saya yang pertama sudah dibangku SMP, kan ya butuh biaya besar. Belum lagi anak saya yang ke dua kelas lima SD,” ujarnya.

Untunglah, berbekal kreativitas membuat lampu variasi tadi, ada sedikit-sedikit rezeki untuk menyambung hidup. Purwadi pun bersyukur sambil terus berharap, ada kenaikan gaji dan tunjangan untuk BPJS Ketenagakerjaan.

“Kalau terjadi kecelakaan atau hal yang tidak diinginkan, ya setidaknya bisa punya andalan karena daftar BPJS,” harapnya. (Apr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *