Musim haji telah datang. Semua Muslim tentunya sangat memendam kerinduan besar untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 ini.
Al-Baqarah 2:125, menjadi salah satu alasan segenap kaum muslim melepas rindu. Berbagai cara dilakukan kaum Muslimin demi melihat kiblat dunia, makam baginda Rasulullah, dan dua Masjid suci di Mekah dan Madinah.
Musim haji tahun ini, merupakan tahun istimewa. Ayah mertua saya, Wahidin Erdiansyah, selepas purna mengabdi menjadi guru di SMAN 6 Tasikmalaya, berkesempatan menunaikan ibadah haji bersama ibu mertua, Ai Siti Jenab.
Bukan masalah ibadah hajinya yang ingin saya sampaikan, namun cara berpikirnya yang sangat luar biasa dalam manajemen keuangan. Saya banyak belajar dari keduanya tentang keberkahan harta yang tanpa utang.
Bapak dan Ibu paling anti dalam urusan utang ini. Termasuk pembelian kendaraan atau keperluan rumah yang perlu biaya besar. Keduanya seperti yang sangat menghindari utang piutang.
Padahal sebagai PNS, mudah sekali bagi keduanya untuk mendapatkan pinjaman dengan jaminan SK aparatur sipil negara. Perbankan akan merayu sekuat tenaga agar para PNS mau meminjam.
Jawaban keduanya cukup sederhana. “Supaya tiap bulan masih gajian. Tidak kepotong-kepotong bank,” ujar Bapa santai suatu ketika.
Adapun cara beliau memenuhi keperluan yang besar, seperti naik haji, dilakukan dengan cara menabung. Iya. Menabung dan mengumpulkan sedikit dari sisa kebutuhan.
Terlepas dari masalah utang tadi, saya memberikan takdim dan hormat yang sangat tinggi terhadap kaum muslimin yang berkenan menyisihkan sebagian hartanya sedikit demi sedikit agar terkumpul harta yang cukup untuk biaya ongkos naik haji.
Dan saya pun memberikan hormat dan takdim pada kaum muslimin yang rela bekerjasama dengan lembaga keuangan syariah untuk memberikan dana talang haji. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai hal ini, satu hal yang pasti, program dana talang ini sangat membantu kaum muslim yang akan booking kuota.
Program dana talang ini mendorong masyarakat muslim untuk pergi haji melaksanakan rukun Islam yang kelima. Bank syariah banyak yang melakukan talangan haji karena memang dibutuhkan oleh umat.
Buah dari perjuangan menyisihkan dana haji itu, adalah kebahagiaan dan haru saat diantar orang terdekat. Kebahagiaan dan haru keluarga jemaah calon haji tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Sayangnya, kebahagiaan itu tak bisa dirasakan oleh kakak-beradik yang akan mengantar ibunya. Alih-alih mengantar sang ibu berangkat ke tanah suci, Rani (30) dan Andi (28) malah dianiaya orang tak dikenal.
Jahatnya, penganiaya ini merupakan debt collector salah satu perusahaan leasing. Tak tanggung-tanggung, tiga orang debt collector ini malah membuat bonyok korban.
Rani menuturkan, kejadian bermula saat dua orang penagih utang datang ke rumahnya di RT 03 RW 17 Kelurahan Citeureup Kecamatan Cimahi utara Kota Cimahi untuk menagih pembayaran utang yang tertunggak selama dua bulan.
Namun, Rani menegaskan bahwa ia sudah membayar utang tersebut. Kemudian ia meminta penagih tersebut menelpon pimpinannya. Tak lama kemudian, dua orang tersebut pergi dari rumahnya.
“Saya baru bertatap muka dengan mereka pagi tadi. Mereka kemudian tampak menghubungi seseorang, lalu berpamitan. Tapi, di sekitar Dustira, ketika kami mau mengantar Ibu ke Pusdik Armed (pelepasan haji), mereka menyusul kami,” ungkap Rani saat ditemui di Mapolsek Cimahi, Rabu (31/8/2016).
Setelah dikejar terus-menerus, akhirnya mobil yang ditumpangi keluarganya terpaksa berhenti. Kemudian, Andi, keluar mobil membawa dongkrak. Namun, Andi tak sempat membela diri, pasalnya dua orang penagih tersebut langsung memukulinya.
“Melihat adik saya dipukuli sampai berdarah, Ibu saya menangis. Akhirnya, Ibu cuma diantarkan oleh istri saya ke Pusdik Armed,” terang Rani.
Akibat penganiayaan tiga penagih tersebut, ia mengalami luka dibagian pelipis dengan dua jahitan, bagian pipi kiri memar serta bagian punggung juga memar. Sedangkan Rani hanya terkena pukulan saat mencoba melerai.
“Saya langsung diantar ke RS Cibabat dan mendapat dua jahitan dipelipis mata,” kata Andi dengan suara lirih.
Jahatnya debt collector ini bukan kali ini saja terjadi. Saya pernah dihentikan oleh debt collector yang tak jelas permasalahannya di jalan Cimindi Cimahi. Padahal, motor butut ini saya beli dengan uang cash.
Di daerah lain, aksi debt collector yang tak beradab ini semakin marak. Tak jarang, pertumpahan darah terjadi karena ulah penagih yang tak tahu sopan santun dan si pengutang tak mau berkomitmen membayar.
Lantas, apa kaitannya antara debt collector dengan ibadah haji? Saya jawab singkat, tentu saja tidak ada. Dana talangan akan diberikan bagi orang-orang yang sebenarnya mampu membayar atau melunasinya. Bukan orang-orang yang sama sekali tidak mampu secara finansial. Jadi sangat jarang ada debt collector menagih kepada calon jemaah haji.
Tapi, ada satu perumpamaan yang sangat dekat. Menunaikan rukun Islam kelima ini akan menjadi ancaman dahsyat bagi mereka yang mampu. Saya jamin, ancaman ini lebih jahat dari tagihan debt collector.
Sabda Rosululloh SAW yang diriwayatkan Tirmidhi sudah cukup menjadi pengingat. “Man malaka zadan warokhilatan walam yakhujju baitalloh fala yarudduhu mata yahudiyyan au nasroniyyan.”
Artinya, “Barang siapa yang punya bekal dan kendaraan (mampu berangkat Haji) tapi tidak berangkat haji, maka jika dia mati, matinya Yahudi atau mati Nasrani.
Akhir kata, semoga kita dimampukan menunaikan ibadah haji. Berziarah ke makam Baginda Rasulullah, berthawaf sambil menatap langsung Ka’bah, mencium hajar aswad dan mengunjungi dua Masjid Suci Ummat Islam.
Tidak lupa, kita juga harus berniat mengunjungi Palestina. Negeri para anbia ini adalah kehormatan bagi kaum muslimin. Status tanah Palestina sangat istimewa dan harus menjadi tambatan hati setiap orang beriman.
Di Palestina inilah ada Masjid al Aqsha yang merupakan qiblat pertama kaum muslimin. Al Aqsha juga merupakan masjid suci ketiga baik status maupun kedudukanya setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.