News

KH. U Syarifudin Sosok Kiai Kharismatik dari Tasikmalaya

614
×

KH. U Syarifudin Sosok Kiai Kharismatik dari Tasikmalaya

Sebarkan artikel ini

TASIKMALAYA (CM) – Jumat 20 April 2018 pukul 13.00 s.d selesai, akan digelar pengajian dalam rangka haul al marhum Al maghfur lah Mama Kiai Haji U. Syarifudin bin Mama Kiai Haji Zarkasih di Aula Pondok Pesantren Al Muqowwamah Kongsi Cipakat Singaparna.

Siapa beliau? Berikut adalah penuturan sosok ulama kharismatik yang ditulis oleh mantan muridnya, yang kini menjadi pendakwah dan aktivis pergerakan muslim di Tasikmalaya.

Beliau adalah guru dari para ulama dan asatidz di tatar Sukapura dan sekitarnya. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Al Muqowwamah sekaligus sesepuh Jamiyyah Nahdotul Ulama (NU) Kab Tasikmalaya. Beliau pernah menjadi anggota DPRD Kab Tasikmalaya dan bersama sama sesepuh Pondok Pesantren Cipasung Al Marhum Al Maghfur lah Mama Kiai Haji Ilyas Ruhiyat merintis Perguruan Tinggi IAIC (Institut Agama Islam Cipasung).

Selain menjadi Dosen Senior di IAIC Cipasung, beliau juga seorang Muballigh yang malang melintang di dunia dakwah. Kepiawaiannya dalam menyusun dan mengemas kalimat demi kalimat membuat ceramahnya mudah dicerna dan dipahami umat.

Saya adalah salah satu dari sekian banyak santri beliau yang cukup beruntung bisa dekat dengan beliau dan menimba ilmu darinya.

Sejak masuk Pesantren tahun 1988, saya selalu diajak menemani beliau ceramah ke mana-mana. Masih terngiang di telinga saya, kata-kata yang sering beliau ucapkan ketika beliau akan naik mimbar untuk memulai ceramahnya adalah “Yan…diuk hareupeun mimbar, tempokeun jeng perhatikeun mun bapa keur ceramah”.

Saya yang saat itu baru berumur 13 tahun, belum paham atas substansi dan tendensi dari perintah Guru. Yang saya tahu saat itu adalah, guru menyuruh muridnya agar duduk di depan mimbar untuk mendengarkan guru lagi ceramah. Padahal sang guru punya maksud tertentu yang lebih dalam lagi.

Hari ini saya baru paham, bahwa saat itu beliau sedang mengajari muridnya langsung di lapangan bagaimana cara berdakwah sesuai dengan retorikaya yg baik dan benar.

Menginjak usia 14 tahun, bila diajak menemani beliau berdakwah, sering kali saya disuruh ceramah duluan, sebelum beliau naik panggung, walau saat itu durasinya hanya 30 menitan.

Dan pada usia 15 tahun, saya telah dilepas beliau ke berbagai majelis ta’lim asuhan beliau, untuk mewakili beliau ceramah, ketika sewaktu waktu beliau ada udzur syar’i.

Selama 6 tahun saya Mondok di Pesantren Al Muqowwamah dibawah gemblengan beliau, selama itu pula terasa kasih sayang seorang guru kepada muridnya. Bimbingan dan nasihatnya melengkapi hujan ilmu yang beliau hadiahkan kepada saya.

Atas restu beliau, setelah 6 tahun di bawah asuhannya, saya melanjutkan mondok ke Pondok Pesantren Al Munawwar Jarnauziyyah Pasir Bokor Pimpinan KH. Anas Muhajir, Pondok Pesantren Cipasung Pimpinan KH. Muhammad Ilyas Ruhiyat, Pondok Pesantren At Tawakal Karikil Pimpinan KH Maman, Pondok Pesantren Miftahul Ulum Cipereng Cikalong Pimpinan Mama Kiai Oot Syahroddin, Pondok Pesantren Nurul Huda Al Mubarok Sariwangi Pimp Kiyai A.H, Mubarok, Pondok Pesantren Miftahul Huda 3 Cibeureum Pimpinan Mama KH Ruhiyat Efendi, Pondok Pesantren Mursyidul Falah Karawang Pimpinan Mama KH Obay/Hasan Bashri, Pondok Pesantren Nurul Iman Rangkasbitung Banten Pimpinan Mama KH Abuya Fadmanuddin, Pondok Pesantren Miftahul Huda Utsmaniyyah Cikole Ciamis Pimpinan Mama Kiai Haji Abdurrohman Syadili bin Mama Kiai Haji Ahmad Syadili.

Setelah 15 tahun mengembara di beberapa Pesantren, tepat pada tahun 2003 saya menikah dengan seorang santriwati bernama Yan yan Nurmayanti asal Garut Selatan dan alhamdulillah hari ini telah dikaruniai 3 orang anak yaitu, Muhammad Faisal Nawawi Athar(13 thn) , Neng Syauqina Mumtaza Althofunnisa (7 thn) , Muhammad Syamil Nadhif Al Fatih (4bln).

Setelah menikah, saya menemui Al Marhum Mama KH U Syarifudin di Al Muqowwamah minta didoakan sekaligus minta nasihat beliau.

Setelah panjang lebar beliau menasihati kami tentang kiat kiat keluarga yang sakinah, lalu beliau berkata:
“Yan…sanajan hideup ceramah ti panggung ka panggung nepi ka mentas ka luar kota, dihadapan bapa mah, can kaitung ges manfaat elmu satungtung can bisa nyieun pondok pasantren”.

Ketika saat itu saya bertanya, tentang apa urgensinya harus mendirikan pesantren, beliau pun menjawab :
“Mun alakadar jadi muballigh mah moal bisa ngaderes kitab, sabab ceramah mah cukup saayat dua ayat…mun hideup nyieun pasantren mah, bisa ngaderes kitab ngahanca babarengan jeng barudak santri…!”

Kata kata itulah yang menjadi motivasi saya di samping permintaan dari ayahanda Abi Abdurrohim bin Madkasih mendirikan Pondok Pesantren Salafiyah MIFTAHUL HUDA JARNAUZIYYAH di Kp. Sindangsari/Babakan Sampeu RT 01/RW 11 Kel/Kec Mangkubumi Kota Tasikmalaya.

Beliau pun pernah menyampaikan saran, “”Jadi muballigh mah kudu sagala nyaho sangkan bisa ngigelan tantangan dakwah nu beuki berkembang maju”.

Saran itulah yang menjadi motivasi saya melanjutkan kuliah walau telah punya anak 2, ke Fakultas Dakwah IAIC (wisuda thn 2014) dan Pasca Sarjana MPI (Manajemen Pendidikan Islam) IAIC (wisuda thn 2016).

Kembali kepada sosok almarhum, sepengetahuan saya beliau salah satu muridnya pahlawan nasional Al Mujaahid KH Zainal Musthofa, sehingga didikan sang guru, membuat beliau terjun ke medan juang kemerdekaan.

Kiprahnya dalam perjuangan merebut kemerdekaan, membuat beliau tercatat sebagai pejuang yang diburu oleh pemerintah kolonial Belanda dan Jepang. Namun alhamdulillah, walau sering kali dikepung pasukan penjajah, beliau selalu lolos dari penyergapan serdadu musuh.

Beliau sosok yang tegas namun santun, menatap wajah beliau seolah menatap kesejukan surga dunia yang membuat hati murid muridnya tenang menghadapi badai kehidupan.

Beliau adalah ayah sekaligus kakek dari para kiai dan asatidz penerus Pondok Pesantren Al Muqowwamah.

Semoga beliau dibahagiakan oleh Alloh di alam barzah dan di akhirat kelak. Keluarga dan keturunan beliau yang hari ini mengelola pesantren dan lembaga pendidikan peninggalan beliau, diberikan perlindungan dan bimbingan untuk terus melanjutkan perjuangan beliau.

Semoga murid-murid beliau, mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan bisa meneladani uswah hasanah beliau.

Tulisan ini dibuat untuk mengenang manaqib almarhum sekaligus menyambut acara haul almarhum besok, hari Jumat 20 April 2018 pulul 13.00 di Aula Pondok Pesantren Al Muqowwamah Kongsi Cipakat Singaparna Tasikmalaya.

Ditulis Oleh :
Ust. Muhammad Yan-yan Al Bayani. S.Kom.I, M.Pd
(Alumni Tahun 1995).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *