Khazanah

Kenapa Rinna Nose Tidak Bercermin Dari Muallaf Muslimah Jepang?

351
×

Kenapa Rinna Nose Tidak Bercermin Dari Muallaf Muslimah Jepang?

Sebarkan artikel ini
.Saya yakin dari awal bahwa menjadi muslimah adalah takdir yang saya pilih dan jalani. Sejak kecil, banyak kemiripan yang saya miliki dengan Islam

CAMEON – Apa yang di ungkapkqn oleh Rina Nose bahwa orang jepang pun lebih bermoral meski tanpa agama, dan itu juga yang menjadi alasan dia membuka hijabnya, sejatinya haruslah di kaji lebih dalam.

VoAislam News pernah memberitakan kisah seorang muallaf muslim jepang yang seharusnya bisa menjadi cerminan bagi kita semua muslimah di indonesia yang sudah menjadi muslim berpuluh puluh tahun lamanya.

Simaklah pengalaman …Aya Hitomori yang berubah nama menjadi Aisah Aya.

Saya yakin dari awal bahwa menjadi muslimah adalah takdir yang saya pilih dan jalani. Sejak kecil, banyak kemiripan yang saya miliki dengan Islam. Contohnya, saya benci minuman beralkohol dan tidak merokok. Saya juga suka memakai pakaian lengan panjang dan rok panjang hingga ke mata kaki. Saya ingin menjadi orang baik. Saya juga tidak suka berbohong. Intinya, saya ingin menjadi manusia yang cantik luar dalam.

Saya mengalami banyak hal setelah saya bertemu dan menikah dengan laki-laki yang menjadi suami saya sekarang. Awalnya saya tidak begitu peduli dengan Islam, agama suami saya. Tetapi kebaikan hati dan perilakunya itu membuat saya terkesan. Hal-hal kecil yang dilakukannya membuat saya tersentuh. Satu hari, dia memunyai permen. Karena  hanya satu yang dia punyai, dia tetap membaginya dengan saya. Ia menggigit permen itu dan membaginya jadi dua. Satu untuk saya dan satu untuk dirinya.

Suami saya adalah laki-laki yang sangat pemurah. Dia memberi uang kepada tunawisma di Jepang. Sungguh, dia adalah laki-laki yang sangat baik hati. Saya begitu terkesan dengan perilakunya. Banyak sekali hal yang telah saya lewati bersamanya. Awalnya saya belum berubah karena saya menganggap tidak ada yang salah dengan diri saya. Seperti yang saya katakan tadi bahwa hal-hal yang diajarkan oleh Islam, ada pada diri saya dan telah saya lakukan. Sehingga, saya pun tidak segera bersyahadat.

Saya yakin dari awal bahwa menjadi muslimah adalah takdir yang saya pilih dan jalani. Sejak kecil, banyak kemiripan yang saya miliki dengan Islam.

Tak peduli darimana kita berasal dan apa warna kulit yang kita miliki, sesungguhnya kita semua adalah sama. Yang penting di antara semua perbedaan itu adalah bagaimana kita bersyukur kepada Allah. Adalah hal yang aneh ketika anda merasa bahagia tanpa rasa syukur itu. Ini adalah hal yang harus anda renungkan dan harus selalu anda syukuri,” ujarnya.

Sejak saat itu, saya jadi rajin pergi ke Masjid. Di sana saya bertemu dengan banyak orang dan berteman dengan mereka. Saya juga memunyai teman-teman yang baik, yang selalu siap menolong saya ketika saya berada dalam masalah. Akhirnya tanggal 5 Mei 2015 saya memutuskan diri untuk masuk Islam dan mengucapkan syahadat. Saya sangat bahagia ketika mempelajari Al Quran. Setiap hari saya bisa merasakan kebahagiaan saat ini. Itu semua karena Islam. ( sumber voa islam )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *