TASIKMALAYA (CM)– Siswa Sekolah Dasar Negeri Cikadongdong, Kecamatan Singaparna Kabupaten Taikmalaya, terpaksa melakukan kegiatn belajar mengajar di lantai Perpustakaan Sekolah, hal tersebut dikarenakan sekolah tidak memiliki ruang kelas yang cukup untuk menampung siswa.
Kepala Sekolah SD Cikadongdong, Eti Kursiasih mengatakan, kegiatan belajar terebut sudah berlangung lama, kegiatan belajarnya tidak menggunakan kursi ataupun meja, hanya beralaskan keramik. itupun dilksanakan di ruangan perpustakaan berukuran 9X7 meter, dengan jumlah siswa sebanyak 19 orang dari 2 kelas.
“kekurangan kelas tersebut sudah lama terjadi, pembangunan ruang kelas belum maksimal. Selama ini ditunggu-tunggu belum ada respon dari pemrintah daerah, meskipun banyak petugas yang melakukan pengukuran,” ujar Eti, Jumat (19/7/2019).
Ia menyebut, selama kurang lebih 28 tahun telah berupaya mengajukan proposal bantuan Ruang Kelas Baru (RKB) ke Dinas Pendidikan. ironisnya, pengajuan tersebut sampai sekarang belum ada tanggapan sama sekali, termasuk janji Bupati yang pada saat itu dijabat oleh Wakil Gubernur sekarang, Uu Ruzhanul Ulum.
“Bupati Tasik pada saat itu Uu Ruzhanul Ulum berjnji akan memberikan bantuan satu ruangan kelas, tapi sampai sekarang masih belum ada,” sebutnya.
kekurangan ruangan kelas, sambung Eti, beribas pada kekurangan siswa, ditambah berlakunya PPDB sistem zonasi semakin tersa dampaknya terhadam peserta didik baru.
Sementara itu, Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, Opan sopian mengatakan, SD Negeri Cikadongdong belum menjadi prioritas untuk dibenahi oleh pemerintah. ia menyebut, kondisi rungan yang ada maih mencukupi dan kegiatan belajar mengajar tidak tergangghu oleh kekurngan ruang kelas.
“Kita masih memprioritaskan sekolah lain yang kondisinya lebih parah dan berjumlah ratusan. Saya kira di SDN Cukadongdomg kegiatan belajar mengajar masih normal,” ungkap Opan.
Ia mengatakan, di sekolah negeri lainnya yang kekurangan ruang kelas, pihak sekolah memang biasa menempatkan rombongan belajar dalam satu kelas secara bergantian atau pararel.
menurut Opan, di sekolah negeri lainnya yang kekurangan ruang kelas, pihak sekolah memang biasa menempatkan rombongan belajar dalam satu kelas secara bergantian atau pararel.
“Penempatan siswa di perpustakaan, seperti yang dilakukan SDN Cikadongdong, lebih efektif dibandingkan menempatkan siswa pada satu kelas secara pararel.
Sekarang malah di perpustakaan itu cukup untuk kelas 1 yang hanya sebelas orang. Kita sediakan karpet dan bangku itu nanti,” papar Opan.
Opan mengatakan, kondisi itu hanya akan berlangsung selama sepekan pertama masuk sekolah. Setelah itu, siswa kelas 2 akan menempati satu ruang kelas secara pararel, bergantian dengan siswa kelas 1 yang masuk pagi. (Edi Mulyana)