Kota Cimahi

Inilah Perbedaan Daging Ayam Segar dan Campuran Kimia

34
×

Inilah Perbedaan Daging Ayam Segar dan Campuran Kimia

Sebarkan artikel ini
Inilah Perbedaan Daging Ayam Segar dan Campuran Kimia

CIMAHI, (CAMEON) – Meski daging ayam sudah lumrah dijual di pasaran, namun ternyata masih banyak konsumen yang sulit membedakan antara daging ayam segar dan daging yang sudah dicampur bahan kimia. Hal itu menunjukan tingkat pengetahuan mengenai pangan sehat masih kurang.

Pernyataan tersebut disampaikan perwakilan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, drh. Endang Purwiyanti saat ditemui usai menjadi narasumber dalam acara Public Awarness Pangan Asal Hewan di Aula Gedung A Kantor Pemerintah Kota Cimahi, Jl. Rd. Demang Hardjakusuma, Selasa (22/11/2016).

“Masih banyak masyarakat yang belum tahu mengenai pangan yang baik, terutama daging ayam atau sapi. Mana yang segar dan mana yang sudah dilakukan proses kimia
seperti formalin, atau bahkan ayam suntik dan tiren (bangkai),” beber dia.

Ia mengimbau masyarakat untuk teliti dan memeriksa pangan saat membeli daging ayam. Pasalnya, ada beberapa ciri-ciri yang jelas untuk membedakan mana daging ayam sehat dan daging ayam yang tidak sehat yang berbahaya bagi tubuh.

Untuk ayam yang berformalin, masyarakat bisa memperhatikan bagian kulit ayam tersebut. Jika setelah dicubit bagian kulit ayam tersebut tidak kembali ke bentuk semula atau terlihat kaku, maka disarankan untuk tidak membelinya.

Sementara untuk ayam suntik (ayam yang diberikan air melalui suntikan dengan tujuan menambah berat daging), masyarakat bisa memperhatikan di bagian dada atau paha ayam ada bekas suntikan. Jika terlihat, bisa menekan bagian dagingnya. Jika kulit ayam meregang, maka ada indikasi daging ayam tersebut sudah terisi air.

Sedangkan untuk daging ayam tiren, masyarakat bisa memperhatikan di bagian sayapnya berwarna biru kehitaman karena berisi darah. Atau pada bagian daging di balik kulit terdapat warna kemerahan.

“Adapun daging ayam yang baik bisa dilihat dari warnanya yang putih kemerahan, baunya tidak amis, menyengat, atau asam. Permukaan dagingnya pun lembab,” terang Endang. (Rizki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *