BANDUNG BARAT (CAMEON)-Salah seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa), Mansur S, mengklaim bahwa pihaknya berusaha mengundur waktu eksekusi pembongkaran. Dia mengungkap, pembongkaran seharusnya dilakukan pada Januari, lalu.
“Pihak kami juga berusaha mengundur waktu. Makanya, penggusuran baru bisa dilaksanakan,” ungkap Mansur kepada masyarakat di lokasi penggusuran, Kamis (27/4/2017).
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya mengungkap pembongkaran hari ini (27/4/2017) tidak akan terjadi. Dalam agenda hari ini, pihak PT. Kereta Api Indonesia (KAI) hanya melakukan peninjauan tempat saja.
Terkait untuk penggusuran, pihaknya menepis tidak ada. Semua surat sudah diterima oleh pihak kepala desa. “Semuanya sudah tertera jelas di dalam surat dari PT. KAI,” ungkapnya.
Walaupun begitu, warga masih tidak puas dengan jawaban dari pihak berwajib. Sejumlah warga masih teguh pada pendiriannya untuk menagih ganti rugi.
Di tempat yang sama, warga yang lainnya, Yana (62) saat ini warga hanya menerima uang kerohiman saja. Sedangkan uang untuk mengganti bangunan tidak ada.
“Selama proyek ini ada, terutama pihak PT KAI tidak ada obrolan kepada warga. Seperti baiknya seperti apa dan bagaimana,” jelasnya.
Pria yang sudah tinggal selama 16 tahun itu mengaku uang kerohiman sudah diterima pada 15 Januari, lalu. Namun, warga sendiri mendapatkannya dibawah tekanan. Hal tersebut membuat takut beberapa orang warga.
Sementara itu, ketua Rukun Kampung Sasak Beusi Arof Priansyah (35) mengungkap, sebagian warga ada yang sudah menerima uang tersebut dan belum.
“Namun, kami banyak pula yang menolak. Hal ini memang tidak sesuai dengan aturan. Kami hanya ingin uang ganti rugi yang layak,” tuturnya.
Dia menjelaskan, pengaduan warga juga sudah sampai di tingkat nasional. Bahkan, pada bulan Januari, sejumlah warga mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.
Namun, hingga detik ini belum ada pemberitahuan lebih lanjut terkait hal tersebut. Berdasarkan data yang dihimpun, terdapat lima lokasi yang terkena penggusuran proyek kereta cepat ini. Di antaranya, Sasak Beusi, Gadobangkong, Andir, Cilame dan Mekarsari.
Ditotal, terdapat lebih 500 orang Kepala Keluarga (KK) yang terkena penggusuran. Sedangkan, untuk bangunan, terdapat lahan pribadi yang terkena gusuran juga. (Putri)
Discussion about this post