Setelah harap-harap cemas terjawab. Akhirnya seluruh masyarakat Muslim mendapatkan kepastian untuk memulai Ibadah Shaum pada Senin (6/6/2016). Menariknya, Ormas Islam terbesar di negeri ini punya keputusan sama mengenai penetapan 1 Ramadhan 1437 H ini.
Pembaca yang baik. Saya baru ingat, bahwa hari ini pertama Shaum, dan kita menginjak ditanggal unik. Tanggal 6 bulan 6 tahun 2016, atau 6-6-6. Ah, ajaib. Pasti tidak ada yang kebetulan, bukan?
Bukan ini sebenarnya yang ingin saya katakan. Justru jauh dari tema angka. Begini, kala kita bersuka cita menyambut kedatangan bulan penuh berkah, beberapa hari lalu kita juga kehilangan legendaris.
Dialah Muhammad Ali, sang legenda yang nama lahirnya Cassius Marcellus Clay Jr. Ia meninggal dunia di Phoenix, Amerika, hari Jumat (3/6) waktu setempat. Ia meninggal dunia pada usia ke-74.
Nama ini memang tidak sempat secara langsung saya saksikan berjaya di atas ring. Usia itu saya masih kecil dan belum banyak tahu tentang tinju. Nah, bagi mereka yang hidup pada tahun 80-an mungkin tahu dan sangat familier dengan juara dunia legendaris ini.
Meski begitu, sejak kecil, telinga saya sudah sangat akrab dengan nama Muhammad Ali. Ia bak super hero yang memang tak ada tandingannya. Sosok hebat yang rajin shalat, rajin ngaji dan baik akhlaknya.
Beranjak dewasa, ternyata saya tahu dengan data bahwa Muhammad Ali ini memang hebat. Dia bukan jawara dalam ring tinju. Tapi membuktikan dirinya bermakna dalam kehidupan.
Bagaimana kisah dia, secara diam-diam pernah berkiprah dalam pembebasan sandera Amerika yang ditahan presiden Irak Saddam Husein. Kejadian yang berlangsung Agustus 1990, ketika Irak menginvasi Kuwait dan menyandera warga Amerika Serikat, Ingris dan Prancis. Muhammad Ali melobi dan berhasil pulang dengan membawa sandera asal Amerika Serikat.
Muhammad Ali tak hanya hebat dalam dunia olahraga. Sebagai muslim dia menjadikan tauhidnya jadi teladan kebaikan. Bagaimana dia yang begitu yakin mengucap Allah sebagai bodyguard satu-satunya saat diwawancara televisi barat secara live.
Berbicara Muhammad Ali memang tak ada habisnya. Bagaimana dia yang bangga dengan agama Islam sampai tak banyak yang mengakui bahwa pemikiran-pemikirannya membawa kebenaran. Tak sedikit para pemimpin America terpengaruh dengan sang legendaris.
Sekarang Muhammad Ali sang legenda telah tiada. Ia yang ikut mengharumkan Islam di tanah Barat itu pernah berujar dan patut menjadi teladan kita. “Saya benci setiap menit latihan. Tapi saya bilang, Jangan menyerah! Lebih baik menderita sekarang dan menikmati sisa hidup sebagai juara,” tegas Ali.
Kutipan Muhammad Ali di atas, sebenarnya bertolak belakang dengan oknum pegawai negeri sipil yang digaji pakai uang rakyat. Ini terlihat di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Hari awal Puasa menjadi alasan bagi sebagian besar mereka untuk bermalas-malas ria.
Jangan bandingkan dengan kinerja pegawai swasta yang mudah dipecat namun loyalitas seabreg. Hari pertama Ramadhan, karyawan swasta tetap wajib bekerja, finger print dan jam kerja biasa tanpa dikurangi.
PNS sudah diberikan kebijakan spesial. Ada toleransi penyesuaian waktu masuk dan waktu pulang. Walaupun hari pertama terlihat, dari begitu banyak PNS di Kota Tasikmalaya, hanya 50 orang saja yang apel pagi.
Dinas pendidikan kota Tasikmalaya sama saja. Bahkan, sejumlah pegawai Disdik mengklaim, dua hari pertama bulan Ramadan adalah libur. Alasannya apalagi kalau bukan menghargai bulan puasa.
Padahal, urusan memuliakan bulan Ramadhan justru diperlihatkan oleh para PNS Kota Cimahi. Mereka, hadir apel lebih dari 90 persen, sisanya kesiangan. Dan hampir 100 persen PNS Cimahi masuk kerja.
PNS Cimahi punya sudut pandang berbeda dalam memaknai penghargaan Ramadhan. Di hari yang sama Kota ini mendapatan raihan opini wajar tanpa pengecualian (WTP), para PNS nya ada yang masih sibuk bekerja sampai magrib. Tak sedikit pula di antara mereka yang menggelar tadarusan.
Di Purwakarta juga sama indahnya. Bahkan Bupati Dedi mengancam PNS yang tidak apel pagi dengan potongan honor. Kebijakan yang tegas dan menghasilkan efek jera. PNS Purwakarta disiplin.
Semoga saja, awal Ramadhan ini menjadi pukulan telak bagi para PNS di Kota Tasikmalaya. Tingkatkan pelayanan seiring diberlakukannya UU ASN. Jangan karena oknum sedikit, seluruh PNS di cap indisipliner.
“Jangan menyerah! Lebih baik menderita sekarang dan menikmati sisa hidup sebagai juara,” kata Ali. Tapi percayalah, menjadi PNS bukan penderitaaan, namun impian jutaan orang. Siapa yang menolak jadi PNS?