JAKARTA, (CAMEON) – Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Purnama alias Ahok, mengaku tak gentar akan adanya aksi unjuk rasa terkait pernyataan dirinya saat berkunjung ke Kepulauan Seribu, akhir September 2016.
Dalam kunjungannya itu Ahok mengatakan kepada audiens jangan mau dibohongi pakai Alquran Surat Almaidah ayat 51. Sontak, pernyataan itu menuai reaksi. Umat Islam menilai itu merupakan penistaan agama.
Ahok dilaporkan. Namun, respons kepolisian terkesan lamban. Umat Islam akhirnya turun ke jalan. Setelah menggelar aksi besar-besaran pada 14 Oktober 2016. Aksi damai itu diikuti ribuan massa.
Aksi serupa bakal kembali digelar. Rencananya, Jumat, 4 November 2016, aksi bela agama dan negara jilid II akan diikuti umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia. Dimintai pendapatnya terkait rencana tersebut, Ahok menjawab santai.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara hukum. Aparat keamanan pun akan bekerja sesuai prosedur. Karenanya tak perlu khawatir. Lagi pula demonstrasi itu bukan aksi revolusi yang dampaknya akan berbeda. Ia percaya pada aparat keamanan bisa mengamankan unjuk rasa itu.
Sementara itu, Fahri Hamzah, wakil Ketua DPR RI, menilai sikap Ahok yang tenang meski tengah dipersoalkan banyak orang, karena calon gubernur petahana itu memiliki posisi istimewa di mata penguasa. Ia terlalu dianggap istimewa, sehingga aparat hukum terlihat kaku.
Dalam kicauan di Twitternya ia menulis, “Basuki terlalu dianggap istimewa dan akhirnya aparat hukum nampak gagap terbata-bata. Padahal jika sejak awal bersikap jelas maka takkan menjalar ke mana-mana.”
Ia melanjutkan, “Hukum tidak boleh nampak mendua, tidak sama dan tidak merdeka. Inilah pesan pasal 27 Konstitusi kita.” (pey)
Foto: Jakpost
