Kolom

Usul Pecahtelor untuk Petrichor

218
×

Usul Pecahtelor untuk Petrichor

Sebarkan artikel ini
Usul Pecahtelor untuk Petrichor

Mang KemonIstilah pecah telur pertama kali saya dengar saat bergelut dengan dunia pemasaran. Mentor bisnis saya kala itu, Masruchan Yudistira, menyemangati saya yang tengah kepayahan ditolak banyak orang. Sudah berbulan-bulan belum closing dalam penjualan.

“Terus lakukan presentasi. Jatuh, bangun lagi, jatuh, bangun lagi. Evaluasi lagi. Jatuh lagi, bangun lagi. Bertahanlah. Jika sudah sekali closing, pecahlah telurnya. Lalu, nikmatilah proses yang lancar jaya selanjutnya.”

Seiring waktu berjalan, istilah yang sudah merakyat ini makin akrab ditelinga saya. Pecah telur tak hanya didengungkan para marketing, tetapi juga kaum karyawan saat menerima gaji pertama, politisi saat mendengar kemenangan pertama di satu TPS, mahasiswa yang mendapat nilai A diawal semester, dosen yang “goal” proposal penelitiannya dan banyak lagi.

Sampai terakhir kemarin, istilah ini saya dengar dari Kang Saepudin, Epul saya akrab menyebut dia. Profesinya adalah penjual telor asin, tapi paling semangat ketika membahas Persib team sepak bola kesayangannya.

“Setelah pecah telor, Persib berhasil menjaga tren positif meraih poin penuh dalam tiga laga secara beruntun,” demikian analisa Bobotoh asal Cisarua Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini penuh senyuman.

Bagaimana tidak bahagia bobotoh, pertandingan Minggu (7/5/2017) itu, Maung Bandung berhasil menaklukan Persipura Jayapura dengan skor tipis 1-0 melaui hujaman keras “Sang Bison” Michael Essien dimenit ke-55. Rekor Persib yang tidak terkalahkan selama lima partai di Liga 1 2017 pun berkibar.

Usul Pecahtelor untuk Petrichor3Ajaib memang pecah telur ini. Siapa yang memulainya, saya tak mau pusing menelusuri asal muasal istilah. Satu hal yang pasti, siapa saja yang menyebut pecah telur, tentu orangnya sedang berbahagia. Sebuah kabar gembira akan posisi yang akan menjadi jauh lebih baik.

Istilah ini menjelma jadi sebuah asa. Harapan untuk siapa saja yang telah bermimpi. Pecah telur pun ibarat simbol awal dari sebuah keberhasilan. Sebuah gambaran dari kondisi yang sudah “mentok” lalu menemukan “Jalan tikus.”

Ada dua kata dari istilah ini, pecah dan telur. Jika dipisah keduanya, arti harfiah yang akan muncul akan berbeda. Penjual telur misalnya, jika banyak dagangannya yang pecah, tentu merugilah dia. Isi telur terbuang, dan lihatlah cangkangnya yang banyak mengandung kalsium itu hanya masuk tempat sampah.

Jadi, istilah pecah telor ini harus bardua tak terpisahkan, penulisannya bisa jadi begini “Pecahtelor.” Digabung. Ahai, unik juga, pecahtelur. Kiranya polisi bahasa berkenan untuk mempertimbangkan usulan saya, kata pecahtelur tanpa spasi. Hehehe… Dan satu lagi usulannya, penulisannya memakai huruf
“O” bukan “U.” Pecahtelor.

Usulan ini saya sampaikan secara serius kepada polisi bahasa yang tengah ramai dijagat media. Lantas, untuk apa mengusulkan pecahtelor? Jawab saya, untuk petrichor. Very serious, for petrichor. Penulisan pecahtelor akan sangat dekat dengan petrichor.

Baiklah, dalam kesempatan ini, saya ingin membahas singkat tentang pecahtelor dan petrichor. Meski singkat, semoga berkenan Bapak/Ibu Jenderal Polisi Bahasa, dapat mempertimbangkan usulan hamba ini.

Point Pertama adalah pecahtelor. Begini, jika berbicara tentang telur, selanjutnya saya tulis telor, kita semua akan membayangkan tentang cikal bakal makhluk hidup yang dibungkus oleh sebuah cangkang.

Oh ya sebentar, penulisan “Telur” dan “Telor” tidak masalah ya. Sama saja kerena menurut saya tidak ablaut (Istilah linguistik perubahan vokal untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal). So, tidak ada perbedaan fungsi dan peran sintaksis dari kedua kata ini. Malah, menyebut dan menulis martabak telor dan kerak telor lebih familier. Hehehe.

Lanjut ya. Siapa yang bertelor? Tentu bukan manusia, tetapi binatang yang bergelar ovivipar (berasal dari kata ovum yang artinya telor). Nah, ada sejumlah hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur, seperti, ayam, burung, bebek, angsa, serangga, ikan, dan katak.

Saya menduga, istilah pecahtelor ini khusus untuk golongan hewan yang pembuahannya yang terjadi di dalam tubuh hewan betina, seperti “club” unggas di atas. Sementara hewan bertelur yang pembuahannya terjadi di luar tubuh betina, seperti katak dan ikan, niscaya tidak termasuk kedalam istilah pecahtelor.

Telor ikan dan katak, meskipun sudah terlihat ada telornya, tetapi belum dibuahi oleh betina. Nah, jika telornya pecah tentu tidak akan “Jadi.” Berbeda dengan unggas, karena sudah dibuahi betina tadi, meski hanya mengandalkan suhu buatan, telor tadi bisa menghasilkan anak baru.

Maha Suci Allah yang menciptakan bentuk seindah telor. Bayangkan. Dalam rentang waktu tertentu, sel kehidupan yang dibungkus oleh cangkang tadi bisa pecah dengan sendirinya, lalu muncullah anak. Sebuah generasi baru telah muncul. Dan, inilah harapan yang kemungkinan besar dimaksud oleh orang-orang beragam latar belakang tentang telor yang pecah.

Sayangnya, meskipun telor sudah pecah, akan tetapi tidak akan menjamin munculnya kehidupan baru. Jika telor tersebut dipecahkan dengan bantuan dari luar, malah kehidupan yang ada didalamnya tamat. Kondisi berbeda jika telor dipecahkan dari dalam. Telor yang menetas alami itulah yang memunculkan generasi baru pembawa harapan. Makna selanjutnya bisa kemana-mana, silahkan tafsirkan masing-masing, hehehe.

Point kedua adalah petrichor. Ini bukan sekedar tentang aroma khas yang menyertai hujan pertama setelah musim kering yang panjang. Bukan pula bau yang dikeluarkan oleh sejumlah tanaman pada saat kering kemudian diserap oleh tanah dan bebatuan pada saat basah.

Seharusnya, bau khas tanah yang kerap disebut “Aroma hujan” ini masih hadir dibulan Mei. Cukup lama saya menunggunya, tapi sampai sekarang belum juga dapat. Saya sungguh mau menunggu simphoni hujan ini sambil berusaha memecahkan telor dari dalam diri.

Petrichor amat istimewa. Bagi sebagian orang yang beruntung mendapatkannya, akan merasakan sensasi luar biasa. Aroma kombinasi yang tercium melalui hidung akan menjalar ke otak dan merasuk pada jantung, lalu mengalir disaluran darah.

Penikmat petrichor punya testimony berbeda. Bau tanah namun aneka rupa aromanya akan mempengaruhi manusia dengan sudut pandangnya masing-masing. Ada heran bercampur tenang, ada nyaman berpadu rindu, ada senyum berbalut pelangi. Tapi, ada juga tangisan yang mengiris hati bercampur dengan sesaknya dada.

So, ada korelasi dekat antara pecahtelor dan petrichor. Bukan karena frasanya yang hampir sama, tetapi jauh lebih dari itu. Ini tentang ambisi dan keseimbangan. Tentang harapan menggebu dan skala prioritas. Pecahtelor ibarat emosi sementara petrichor kepekaan. Keduanya akan saling melengkapi.

Jika pecahtelor tak kunjung hadir, maka hadirkanlah petrichor. Petrichor bisa menjadi energi baru untuk menapaki jalan berliku itu. Energi petrichor tanpa melow bisa dihadirkan kapan saja dan dimana saja jika diri sendiri mengijinkan. Ijinkan diri untuk peka dengan kehidupan tanpa harus menunggu hujan pertama setelah kemarau.

Akhir kata, saya ucapkan selamat berikhtiar untuk memecahkan telor! Selamat menjemput harapan yang masih ada! Dan, semangat mengasah kepekaan diri bak merasakan aroma simphony hujan “Petrichor.”

“If you’re searching for that one person that will bring you happiness, take a look at the mirror.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *