KOTA TASIK (CM) – Menyambut Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya kembali menyelenggarakan aksi mural besar di tembok perbatasan kampus, tepatnya di area Unit Pelaksana Akademik (UPA) Perpustakaan.
Bertajuk “Aksi MURAL TEMBOK PERBATASAN Soempah Pemuda,” acara ini tidak hanya sebagai bentuk perayaan tetapi juga wujud semangat pemuda yang ingin terus memelihara nilai persatuan di tengah keberagaman.
Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB ini mengundang tiga belas seniman mural dari berbagai daerah di Jawa Barat, termasuk seniman-seniman terkenal seperti Dude dan Dodot dari Bekasi Timur, Jodi dari Bekasi, serta Jamal Mural dari Majenang.
Sementara seniman lokal dari Tasikmalaya yang turut memeriahkan aksi ini di antaranya Leo, Asep Wawan, Nans Fine Art, Edi Sudrajat, Riki Bangkit, Dr. Rully, Yusa Widiana, Wildan M. Ardani, dan Agam M. Husen. Keikutsertaan seniman-seniman tersebut memperkaya aksi mural dengan beragam konsep visual yang inspiratif.
Bode Riswandi, dosen Pendidikan Bahasa Indonesia di Unsil, menyampaikan bahwa pemilihan Hari Sumpah Pemuda sebagai tema adalah bentuk pengingat bagi mahasiswa dan masyarakat akan pentingnya menjaga persatuan dan nilai-nilai luhur bangsa.
“Tema ini kami pilih sebagai pengingat untuk memupuk semangat persatuan dan menanamkan nilai-nilai positif bagi generasi muda,” ungkap Bode saat ditemui di lokasi mural.
Aksi mural ini menghadirkan beragam karya yang menonjolkan simbol dan tokoh sejarah Sumpah Pemuda, sebuah ikrar persatuan yang menjadi fondasi semangat kebangsaan Indonesia.
Dalam muralnya, seniman asal Tasikmalaya, Edi Sudrajat, melukis lambang negara Burung Garuda yang megah dengan warna-warna mencolok. Di bawah lambang itu, digambarkan beberapa pemuda dari berbagai suku, sebagai simbol persatuan pemuda Indonesia.
“Gambar Garuda ini tidak hanya lambang negara, tetapi juga melambangkan kekuatan dan kesatuan kita. Di bawahnya, anak-anak muda dari berbagai suku mewakili semangat persatuan untuk menuju Indonesia Maju,” tutur Edi saat diwawancarai CM
Baca Juga: 925 Atlet Unjuk Gigi di Tasik Open 7, Ajang Pembuktian dan Motivasi bagi Atlet Taekwondo Muda
Sementara itu, Dude dan Dodot dari Bekasi Timur menciptakan mural yang menggambarkan pelopor Sumpah Pemuda. Lukisan mereka berfokus pada para pemuda yang sedang menyemangati rekan-rekan mereka agar terus membangun semangat juang.
Seniman asal Majenang, Jamal Mural, menyajikan potret para proklamator Soekarno dan Mohamad Hatta, sebagai pengingat akan arti penting sejarah bangsa Indonesia.
Seniman lainnya, seperti Nans Fine Art dan Yusa Widiana, menghadirkan ilustrasi yang menggarisbawahi semangat perjuangan pemuda di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
Leo, seniman dari Tasikmalaya, menyebut bahwa karya mural mereka diharapkan dapat menginspirasi pemuda sekitar untuk meneladani semangat juang dari Sumpah Pemuda.
“Dengan mural, kami bisa menyampaikan pesan moral dengan cara yang mudah diterima dan lebih kuat dampaknya bagi generasi muda,” kata Leo.
Aksi mural yang digelar oleh Unsil ini bukan hanya memperindah kampus tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukatif. Dengan lukisan yang penuh warna dan pesan moral, mural-mural ini menjadi media bagi mahasiswa dan masyarakat untuk lebih memahami nilai-nilai perjuangan dan persatuan.
Menurut Pipih Sutarmi, seorang warga Jalan Karoeng Kota Tasikmalaya, seni mural menurutnya menjadi media efektif untuk menyuarakan pesan-pesan sosial.
“Mural ini tidak hanya indah tetapi juga bisa memberikan motivasi dan semangat untuk generasi muda tentang pentingnya ikrar Sumpah Pemuda,” ujar Pipih yang akrab disapa Ade.
Kegiatan mural sebelumnya di Unsil dengan tema “Stop Bullying” mendapat respons positif dari mahasiswa dan masyarakat. Kegiatan ini menjadi ajang kolaborasi antara mahasiswa, seniman, dan masyarakat umum, di mana karya mural berperan sebagai dialog sosial yang terbuka.
Bode Riswandi menyampaikan bahwa pihak kampus mendukung penuh kegiatan seni positif ini dan berharap mural-mural tersebut menjadi ikon yang mampu menginspirasi toleransi di kalangan mahasiswa.
“Kampus selalu mendukung kegiatan seni seperti ini karena mampu memberikan dampak positif dalam membangun semangat toleransi dan kebersamaan,” katanya.
Merayakan Hari Sumpah Pemuda, Bangkitkan Semangat Pemuda Melalui Karya Seni
Dalam momentum Sumpah Pemuda, mural-mural ini menjadi simbol kebangkitan pemuda yang peduli akan isu-isu sosial, termasuk pentingnya persatuan dan menolak bullying. Mural juga menjadi medium efektif untuk menyampaikan pesan moral dan nilai persatuan bagi masyarakat luas.
Dengan ragam warna dan gaya, mural-mural tersebut menghiasi kampus Universitas Siliwangi dan memberikan pengalaman visual yang bermakna. Diharapkan, aksi mural ini juga dapat menginspirasi pemuda di Tasikmalaya dan sekitarnya untuk menjadikan nilai-nilai Sumpah Pemuda sebagai pedoman hidup.
Aksi ini merupakan bukti bahwa seni dapat menjadi instrumen perubahan sosial, menyampaikan pesan yang kuat dan relevan untuk para pemuda yang berada dalam fase pencarian jati diri.
Aksi mural di Universitas Siliwangi adalah wujud nyata kontribusi seni dalam menggerakkan kesadaran sosial. Lewat warna dan simbol-simbol persatuan, seniman-seniman ini memberikan pesan mendalam untuk memupuk semangat kebersamaan dan persatuan di tengah masyarakat yang beragam.
Mural tidak hanya sekadar hiasan visual, tetapi juga refleksi sosial yang mampu mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu-isu tertentu, terutama bagi generasi muda yang sedang tumbuh dan berkembang