BANDUNG BARAT (CM) – Dampak sangat dirasakan bagi para peternak di Kabupaten Bandung Barat (KBB) setelah penyakit mulut dan kuku (PMK) merabak, bukan hanya itu, distributor dan juga perusahaan yang berkaitan dengan ternak hewan.
Diantaranya salah satu yang terdampak adalah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang KBB, pasalnya,
pasokan susu yang di terima hanya 80 ton jika biasanya setiap harinya pasokan susu yang masuk ke KPSBU bisa mencapai 120-140 ton per hari, perubahan dirasakan disaat PMK masuk di KBB.
Kepala KPSBU Lembang, Dedi Setiadi mengatakan, peternak sedang berduka semenjak wabah PMK di Bandung Barat, memang betul wabah PMK tidak menular pada manusia, namun di ternak sapi perah tingkat penularannya mencapai 100 persen.
“Misal sapi 10 dalam satu kandang terkena 1, sudah di pastikan semuanya akan terkena, lalu tingkat kematian memang kecil sekitar 5 persen,” katanya saat ditemui di KPSBU Lembang, Rabu 29 Juni 2022.
Dikatakan Dedi, pihaknya menilai, karena permasalahan PMK tersebut produk di KPSBU Lembang turun hingga mencapai angka 80 persen.
“Salah satu contoh sapi yang biasa produksi 20 liter setelah terkena PMK hanya produksi 3 liter saja,” ujarnya.
Menurutnya, wabah PMK ini bukan hanya penyakit hewan, melainkan penyakit ekonomi juga lantaran kerugian akibat wabah PMK sejak awal masuk ke KBB bisa ditaksir mencapai Rp 9 miliar bahkan lebih.
“Untuk sapi yang potong bersyarat harganya juga tidak mahal, biasanya sapi yang di potong dijual ke RPH bisa Rp 15 juta sekarang hanya Rp 4-5 juta karena over load,” tuturnya.
“Banyak juga yang dipotong di pasar sapinya, namun tetap harga justru menurun. Apalagi yang mati, biaya penguburan juga lumayan,” sambungnya.
Ia menambahkan, selalu berupaya ke pemerintah agar bisa memberikan bantuan kepada para peternak. Bahkan, hasil rapat menteri perekonomian, pertanian dan peternakan dan yang di pimpin pak Luhut Binsar Panjaitan menyebut pemerintah mulai melakukan langkah tegas terkait dengan PMK ini.
“Jadi pemerintah sudah mulai tegas sekarang untuk penanganan seperti Covid-19 terus ada satgas tingkat nasionalnya,” pungkasnya. (Alif)