(CM) – Chef Renatta Moeloek menjelaskan alasan mengapa restoran mahal tidak menggunakan micin dalam masakannya.
Berbeda dengan makanan pinggir jalan yang kerap mengandalkan micin untuk memperkuat rasa, menurutnya, hidangan di restoran mendapatkan cita rasa alami dari bahan-bahan berkualitas.
“Bagi saya, ini soal prinsip,” ujar Chef Renatta dalam podcast bersama Kemal Palevi, Jumat, 28 Februari 2025.
Ia menegaskan bahwa bukan soal gengsi, melainkan karena pelanggan membayar harga yang sesuai untuk kualitas makanan yang mereka dapatkan.
“Ini bukan soal sok-sokan atau gengsi, tapi kalau lo datang ke restoran, lo membayar untuk makanan yang berkualitas,” jelasnya.
Tidak Menolak Micin, Tapi Ada Tempatnya
Meski menegaskan bahwa micin tidak digunakan di restoran kelas atas, Chef Renatta secara pribadi tidak menentang penggunaannya.
Bahkan, ia mengakui bahwa dalam kehidupan sehari-hari, ia juga menggunakan micin saat memasak untuk keperluan pribadi.
“Kalau cuma masak di rumah, apalagi kalau lagi malas, buat sekadar makan, gue nggak masalah sama micin,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa ia bukan termasuk orang yang anti-micin, bahkan sering mengonsumsinya dalam kehidupan sehari-hari.
“Gue nggak masalah sama micin. Ada orang yang anti banget, tapi gue sendiri tetap makan micin, kok,” katanya sambil bercanda.
Alasan Profesional: Rasa Gurih Harus Dibangun, Bukan Instan
Namun, ketika memasak secara profesional, Chef Renatta berpegang pada prinsip bahwa rasa gurih harus dihasilkan secara alami dan bukan sekadar ditambahkan dengan micin.
“Kalau lo langsung tabur micin, tiba-tiba gurih. Terus kerjaan lo sebagai chef apa?” tanyanya retoris.
Menurutnya, rasa gurih bisa diperoleh dari berbagai bahan alami yang mengandung glutamat alami, seperti:
✅ Ikan asin, yang memiliki rasa gurih alami tanpa tambahan penyedap.
✅ Tauco, yang sudah kaya akan rasa umami dari fermentasi kacang kedelai.
✅ Kaldu alami, yang dibuat dari tulang ayam dan rempah-rempah.
“Misalnya lo masak pakai ikan asin, itu udah gurih banget. Lo nggak perlu tambahin micin lagi, karena ikan asin sendiri udah punya glutamat alami,” paparnya.
Hal serupa juga berlaku saat memasak sayur sop di restoran.
Alih-alih menggunakan penyedap instan, rasa gurihnya harus dihasilkan melalui teknik memasak yang tepat, seperti:
- Menggunakan tulang ayam berkualitas, terutama bagian sayap ayam, yang mengandung banyak kolagen.
- Memasak kaldu dalam waktu yang cukup lama, agar ekstrak rasa dari tulang dan rempah-rempah benar-benar keluar.
- Menambahkan bawang dan bahan aromatik lainnya untuk memperkaya cita rasa.
“Kalau lo mau bikin sop enak, lo harus pakai tulang ayam yang bagus, lalu masak dengan teknik yang benar. Itu butuh proses, bukan gurih instan,” pungkasnya.