Sejak dahulu negara kita dikenal sebagai negara agraris, artinya sebagian besar rakyatnya berprofesi sebagai petani, dan sektor sektor pertanian masih memberi sumbangan besar terhadap laju perekonomian. Baik dilihat dari kontribusi terhadap PDRB maupun penyerapan tenaga kerja. Setidaknya sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) setelah sektor Industri Manufaktur.
Sektor pertanian juga merupakan sektor ekonomi yang paling tahan terhadap goncangan perekonomian global. Salah satu petunjuknya adalah saat terjadi Krisis Moneter tahun 1997 lalu, sektor pertanian mampu bertahan dan justru mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Data BPS tahun 1998 menunjukkan secara nasional sektor pertanian tumbuh 0,22 persen padahal kondisi perekonomian bergerak minus 13,16 % dan inflasi sebesar 77,63%. Ketika terjadi PHK besar-besaran dari berbagai sektor, justru di sektor pertanian terjadi penyerapan tenaga kerja.
Sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor ekonomi yang strategis, antara lain dalam hal penyediaan kebutuhan pangan, penyediaan bahan baku industri, penyedian kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Pertanian masih merupakan salah satu sektor terpenting dalam perekonomian Nasional, setidaknya dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini ditunjang dengan potensi sumber daya alam (SDA) yang tersedia, serta kenyataan bahwa petani masih menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.
Pada saat ini terjadi fenomena berkurangnya jumlah petani di Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat dalam rilis Sensus Pertanian 2013, menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir terjadi penurunan jumlah petani di Indonesia sebesar 12,05 %. Selain itu, saat ini juga terjadi fenomena Aging Farmer’s, yaitu fenomena semakin menuanya usia petani di Indonesia, artinya jumlah petani yang masih ada saat ini didominasi oleh petani berusia diatas 50 tahun. Hal ini tentu berbahaya untuk keberlangsungan dunia pertanian Indonesia, karena dikhawatirkan tidak ada regenerasi petani dikalangan generasi milenial, kalaupun ada, jumlahnya sedikit.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data Sensus Pertanian 2003–2013, dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja pertanian didominasi tenaga kerja usia tua lebih dari 50 tahun, tenaga kerja usia muda jumlahnya tidak banyak dan cenderung merosot dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Demikian pula berdasarkan data Sensus Pertanian 1993–2003 komposisi pekerja sektor pertanian berdasarkan usia telah mengalami pergeseran yang menunjukkan semakin berkurangnya tenaga kerja muda di sektor pertanian. Data tersebut menunjukkan bahwa selama dua dekade, secara absolut dan relatif, jumlah petani muda mengalami penurunan relatif tajam, sementara yang tergolong usia tua semakin meningkat. Di sisi lain, pemuda yang bekerja di sektor non-pertanian juga meningkat dari waktu ke waktu.
Jumlah petani usia tua yang dominan dan minat generasi muda bekerja di sektor pertanian yang merosot ternyata juga dialami oleh negara-negara lainnya, bukan hanya negara-negara di Asia yang memiliki keterbatasan lahan, namun juga di negara-negara Eropa dan Kanada.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di wilayah perdesaan petani umumnya adalah orang-orang desa yang berusia di atas 50 tahun, yang saat ini kebingungan memikirkan bagaimana keberlanjutan usaha tani mereka, karena nyaris tidak ada anak-anaknya yang mau meneruskan pekerjaan yang sudah mereka tekuni dan warisi dari generasi ke generasi. Ironisnya pula, sebagian besar orang tua di perdesaan juga tidak menginginkan anak-anak mereka bekerja di desa sebagai petani sebagaimana pekerjaan mereka saat ini. Hasil kajian BI (2014) menyatakan hasil dari suatu survei di Cina, dari seluruh contoh survei, tidak ada satu pun orang tua sebagai petani yang mengharapkan anaknya menjadi petani seperti mereka. Ditambahkan pula tenaga kerja yang bermigrasi ke kota sebagian besar adalah pemuda, dan sekitar 84,5% belum pernah terlibat kegiatan di sektor pertanian, serta sekitar 93,6% berniat tinggal di kota.
Keberadaan jurusan Pertanian dibeberapa perguruan tinggi pun belum banyak memberikan kontribusi dalam hal penyediaan SDM yang terjun langsung sebagai petani. Walaupun demikian, dari sana telah menghadirkan berbagai kajian akademis untuk melahirkan berbagai inovasi terkait tata cara budidaya maupun dalam hal melahirkan berbagai bibit unggul hasil penelitian maupun aneka suplemen obat nutrisi untuk menunjang produktivitas hasil pertanian.
Banyak alasan kenapa anak muda kurang meminati dunia pertanian, diantaranya; pertama, sektor pertanian belum memberikan prospek yang menjanjikan secara ekonomi, kedua, dunia pertanian cenderung dipandang kurang keren dimata anak muda karena masih kuatnya stigma kalau petani adalah pekerjaan ditempat yang kotor, kampungan dan tidak mempunyai prospek masa depan,.Ketiga, terkait dengan ketersediaan modal terutama lahan. Menurut data BPS, 53,5% petani Indonesia termasuk kategori petani gurem. Petani gurem adalah petani yang memiliki atau menyewa lahan pertanian kurang dari 0,5 ha. Sehingga belum efisien secara ekonomi.
Ada beberapa langkah bagi pemangku kebijakan untuk mendorong minat generasi muda untuk terjun langsung menjadi petani.;
- Menyiapkan pusat inkubasi calon petani, sehingga anak muda memiliki ilmu dan keahlian dalam budidaya pertanian, maupun dalam mengelola usaha pertanian sehingga bernilai ekonomis.
- Memfasilitasi bantuan permodalan dan pendampingan teknis, sehingga calon petani muda memiliki mentor yang mendampingi, mengawasi dan mengarahkan usaha tani yang cocok dengan faktor lingkungan sekitar.
- Membantu menyediakan fasilitas pemasaran hasil pertanian, agar usahatani nya berjalan berkesinambungan.
- Membantu program orang tua asuh dari korporasi besar untuk melakukan pembinaan secara lebih intensif kepada petani ataupun kelompok tani supaya lebih kuat secara manajemen maupun dibantu jaringan pemasarannya.
Pastinya masih banyak berbagai program untuk mendorong anak muda jadi petani militan yang mempunyai semangat tinggi meneruskan usaha tradisi dan ikut merawat keutuhan NKRI dengan sumbangsih menjaga ketahanan nasional khusunnya menjaga Ketahanan Pangan. Semoga semakin banyak anak muda tertarik menjadi petani Milenial, yang tetep ulet, kreatif, produktif dan tetep gaul. Serta pandai memanfaatkan momentum dan fasilitas perkembangan dunia teknologi untuk menunjang usaha pertanian menjadi lebih maju.
(Gilang Abdul Aziz, Statistisi ahli. BPS Kab. Tasikmalaya)