Kolom

Karena 4+11+20+16, Shock Theraphy Untuk Indonesia yang Siaga 1

169
×

Karena 4+11+20+16, Shock Theraphy Untuk Indonesia yang Siaga 1

Sebarkan artikel ini
Aksi Umat Muslim Bela Alquran

mang kemonBANDUNG, (CAMEON) – Dhuar!!! Shock therapy itu begitu nyata! Para pucuk eksekutif di negeri ini beringsutan. Mantan presiden ikut bicara. Para jenderal aktif dan non aktif tak tinggam diam. Para ulama yang biasanya berwajah teduh tiba-tiba terlihat murka.

Di pojok warung kopi, topik ini menjdi obrolan hangat. Hingga pak satpam yang jaga di komplek pun ikut serta membahas.

Semuanya jadi bergerak. Penyebabnya hanya satu orang; Basuki Tjahaja Purnama alias Koh Ahok.

Di Mabes Polri, para jenderal dan pimpinan tinggi menggelar berbagai persiapan. Apel dihadiri ribuan personil. Ada para jenderal disana, termasuk Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmayanto ikut ambil bagian.

Kadivhumas Polri Irjen Boy Rafli Amar sibuk bukan kepalang. Ia mengungkapkan, pihaknya sudah menerima laporan rencana aksi 4-11-2016 ini. Tercatat, menurut surat yang diterimanya, ada 100 ribu massa yang akan ikut. “Laporan pemberitahuan dilaksanakan oleh gerakan masyarakat yang mendukung fatwa MUI. Demo berlangsung hingga pukul 18.00 Wib,” katanya.

Jabatan di atas Boy ada Wakapolri Komjen Pol Syafruddin yang telah menegaskan, Polri resmi meningkatkan siaga satu bagi seluruh jajaran Polri se-Indonesia. Keputusan siaga satu ini mulai Rabu (2/10/2016) untuk seluruh Indonesia.

Di istana negara, Presiden Joko widodo sudah hilir mudik. Berkali-kali dia menggelar pertemuan, bersama rival politiknya, Prabowo Subianto hingga menemui para pimpinan Ormas Islam. Hasilnya, aksi ini tetap tidak dapat diredam.

Perjalanan menuju 4-11-2016 semakin dekat. Dan, itu baru yang muncul dipermukaan. Melalui grup sosial media tensi semakin tinggi.

Pesan berantai, berbagai analisa, prediksi, pendapatan, artikel, dan segala macamnya tumbuh subur menjelang aksi ini. Wow. Hingga perang di media sosial berlangsung sengit.

Mari kita amati lagi. Aksi damai ini adalah menuntut Ahok dipenjara karena ‘menistakan agama, menodai Alquran, melecehkan ulama, dan menghina umat Islam’.’

Tudingan itu terkait ucapan Ahok di sebuah acara, bahwa sebagian orang pasti tak akan memilihnya karena ditipu (oleh politisi) dengan (menggunakan) Al-Maidah ayat 51. Terlepas dari tulus atau tidaknya Ahok meminta maaf, massa meminta proses hukum tetap berjalan. Ya, proses hukum.

Perlu pembaca ketahui, saya menulis ini sambil berusaha meredam emosi. Emosi atas kerukunan bangsa ini yang sudah terbangun lama namun hancur hanya karena egoisme satu orang. Gara-gara seorang, masalah jadi melebar ke mana-mana. Kita sudah hidup rukun dan damai sejak lama.

Baru kemarin, kita memperingati hari santri. Baru kemarin kita diingatkan atas tetesan darah dan air mata para ulama dan santri yang berjuang untuk tegaknya NKRI-ini. Hari santri yang jatuh di bulan Muharam, maknanya kita dilarang untuk berperang. Dan tanggal 4 November, kita sudah masuk bulan baru. Muharam sudah berlalu.

Ada sebuah analogi menarik yang ingin saya ungkap setelah adanya kejadian penistaan ini.

Jika kemanusiaan adalah orang tua yang renta. Sedangkan moral, etika dan komitmen adalah tongkat untuk menuntun kelemahan.

Tongkat tadi bukan untuk menggebuk sang tua apalagi sampai terkulai remuk tak berdaya. Tongkat untuk menuntun pada jalan aman, nyaman, bahagia dan penuh cinta.

Lain cerita bila tongkat digunakan untuk menggebuk pemuda durjana. Merusak bunga desa dan mengajarkan anak-anak kampung mengakali sang tua renta. Gebuklah si pemuda itu sampai remuk.

Tongkat yang saya sebutkan untuk menggebuk tadi, kiranya lebih familier jika disebut dengan ‘Shock Therapy.

Iya, istilah yang agak tepat untuk mengonotasikan cambukan yang akan membangunkan orang atau institusi yang sedang ‘adem ayem’, ‘khusuk mansuk”, dan biasa saja kala aqidahnya dilecehkan. Rasanya memang, jika tidak pernah diberikan lecutan atau cambukan, kita akan tenang.

Shock therapy ditahun 1930-an, yang menggunakan alat ’electric shock therapy,’ terkesan sadis. Pasien sakit jiwa yang suka mengamuk, diikat erat-erat pada tempat tidurnya dan mulutnya diberi karet pelindung. Dan pada saat otaknya dialiri listrik, pasien ini mengalami kondisi seperti penderita epilepsi yang mendapat serangan grand mal seizure. Sangat mengerikan seperti cerita lengkap dalam novel ternama ’One Flew Over The Cuckoo’s Nest.’

Terlepas dari perkembangan teknologi kedokteran yang terus meningkat baik, termasuk metode shock theraphy ini yang semakin manusiasi. Istilah ini, saya kira masih layak dipakai untuk menggambarkan kondisi saat ini. Penistaan Alquran dan penghinaan terhadap pewaris nabi di tahun 2016.

Akhir kata, mari kita menjadi saksi sejarah. Atas aksi yang dimulai dari penistaan Almaidah: 51 yang dilaksanakan pada tanggal 4 bulan 11 tahun 2016. Iya, angka yang unik. 4+11+20+16= 51.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *