Kolom

Generasi Z, Google dan Usmar Ismail

271
×

Generasi Z, Google dan Usmar Ismail

Sebarkan artikel ini
Generasi Z, Google dan Usmar Ismail

Sepanjang 20 Maret 2018 ini, ada pemandangan unik melihat tampilan jendela mesin pencarian google. Nuansa klasik “Tempoe doeloe” terasa dihalaman muka mesin pencarian yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin ini.

Bagi saya yang konon termasuk kedalam golongan generasi Y, tampilan yang disuguhkan “Google Doodle” cukup familier bagi mata. Apalagi jika melihat alasan google yang menghargai sosok dari “Mujadid” film Indonesia, Usmar Ismail, doodle yang ada tampaknya langsung terbayang dengan karya-karya film dari putra Minang ini.

Meskipun generasi saya yang hidup antara tahun 1977-1995 tidak mengalami langsung bagaimana sosok Usmar Ismail hidup (karena ianya sendiri telah wafat pada awal tahun 1971), namun nama Usmar Ismail sangat akrab ditelinga. Namanya begitu harum ketika dulu, saat saya belajar teater di SMA, film Pedjuang dan Enam Djam di Djogdja menjadi contoh bagaimana memainkan peran. Dua film ini hanyalah contoh dari puluhan film karya Usmar Ismail.

Generasi Y boleh jadi tidak mengalami Usmar Ismail hidup, namun karya dan kepekaannya pada masalah sosial sekaligus ketajaman insting bisnisnya, banyak menginspirasi generasi Y berkarya lewat film hingga saat ini. Insting bisnis ini yang menarik, beberapa judul film dia garap bukan hanya karena alasan kritik sosial dan politik saja, tapi mulai melirik tingkat kesukaan masyarakat kala itu.

Saya suka Usmar Ismail yang orang Minang namun mengangkat film-film berlatar tanah sunda. Ia menegaskan, bahwa minang dan sunda asalah saudara. Dan kini lihatlah, semua orang sunda seperti saudara dengan orang minang. Ianya hidup berdampingan saling bergandengan erat. Bukti realnya, rumah makan padang pun selalu laku keras jika buka di tatar pasundan ini. Hehehe.

Nah, jika generasi saya adalah yang merasakan langsung bagaimana loncatan teknologi mengubah peradaban, maka generasi Z berbeda. Jika generasi Y merasakan mesik tik dan komputer PC dari level ke level, maka mereka yang lahir antara 1996 hingga 2010 sudah terbiasa mengetik cepat dengan dua jempol.

Itulah generasi Z. Mereka yang mengarungi peradaban bersama internet tanpa mengenal media sosial friendster generasi pertama. Mereka yang sudah terbiasa dengan beberapa bahasa asing selain Inggris. Dan mereka-lah yang akan menguasai peradaban beberapa dekade yang akan datang.

Saya tertarik membahas generasi Z ini karena hidup bersama adik-adik yang termasuk kategori ini. Adapun hubungannya dengan Usmar Ismail, ternyata generasi Z ini lebih teachebel kepada sesuatu yang dianggap baru.

Begini. Jika saya mengibaratkan sebagai perwakilan generasi Y dan adik aaya generasi Z. Sejatinya, bagi saya yang sudah mendengar nama Usmar Ismail dulu, mencari tahu sosok ini tidaklah begitu menggebu. Boleh dikata, saya berpikir oh itu. Sudah cukup sampai tahu selintas, siapakah sosok ini.

Tapi bagi generasi Z berbeda. Ia mencari tahu lebih dalam, browsing kesana kemari mencari perbandingan. Hingga akhirnya, mencari beberapa film dari karyanta Usmar Ismail. Sampe sebegitunya.

“Penasaran karena ada di doodlenya google. Ada gambar kamera dengan huruf O berjejer dua dan tiga kartun wanita,” kata adik saya, ketika awal mula bertanya tentang Usmar Ismail, hingga akhirnya dia berlabuh di mesin pencarian video.

Melihat sikap ingin tahu dari generasi Z ini, saya berkeyakinan bahwa generasi ini akan jauh lebih baik. Fakta dari beberapa survey pun demikian, generasi Z memang cenderung lebih siap dengan perbedaan dibanding (generasi) saya yang jumud. Saya pribadi maksudnya.

Jika melihat demografi saat ini, generasi Z memang menjadi generasi yang akan menjadi mayoritas. Masa dimana kita Indonesia ini mendapatkan bonus demografi, tentunya akan diisi oleh mereka ini. Waw fantastis.

Pertanyaan saya dalam batin lantas muncul, jika hari ini saya sudah tertinggal kualitas dari mereka, bagaimana yang akan terjadi nanti. Dan saya berkeyakinan, generasi saya pada masa nanti, akan banyak yang keteteran dalam urusan perkembangan zaman.

Tapi pertanyaan saya yang lain malah membuat senyum mengembang. Generasi Z yang sebagian sudah memiliki hak pilih Pemilu, masih dimanfaatkan oleh generasi Y dan generasi X. Iyah, politisi dari generasi angkatan 50 dan 60 masih memegang kendali bagaimana memanfaatkan suara pemilih pemula.

Aih, bicara pemilih pemula dan Pilkada rasanya mood menulis saya jadi beku. Hehehe. Setidaknya ini pun masih dipaksakan menulis karena usai menyantap rendang di rumah makan padang sederhana daerah Bandung.

Akhir kata sebagai penutup, saya ucapkan selamat kepada mbah google karema berhasil mencuri perhatian generasi Z. Potensi besar dari sebuah pasar manusia yang akan mengonsumimu hingga bberapa dekade yang akan datang. Koleksi google doodle kali ini sungguh ajib nan menawan.

Dan kepada generasi Y, generasi saya, marilah kita sama-sama berkarya. Hehehe agar kita tidak dilindas zaman. Sebagaimaba yang dikatakan Charil Anwar.

“Hidup hanya sekali, harus berarti. Ada yang berubah, dan ada yang bertahan. Karena jaman tak bisa dilawan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *