JAKARTA (CM) – Ramadan yang penuh berkah akan segera berakhir. Kurang dari sepekan kita akan berpisah dengan bulan pendidikan ini.
Kaum mukminin masih berkesempatan menyelesaikan berbagai ibadahnya guna mendapatkan gelar takwa seperti yang termaktub dalam kitab suci. Termasuk, mendapatkan lailatul qadar, sebuah malam keistimewaan yang spesial diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepada umat Muhammad shallahu’alahi wasallam.
Lantas, kapan kita bisa mendapatkan keberkahan seribu bulan yang dikenal dengan malam lailatul qadar tersebut? Apakah benar pada sepuluh hari terakhir Ramadan?
KH. Bahauddin Nur Salim atau yang dikenal dengan sebutan Gusbaha menjelaskan tentang lailatul qadar ini secara singkat. Melalui channel youtube NU Online yang diupload tanggal 13 Mei 2020, Gus Baha menjelaskan dalam bahasa jawa dan sudah diterjemahkan oleh chanel tersebut.
Gus Baha, memiliki keyakinan, bahwa seluruh umat Islam bisa mendapatkan keutamaan malam tersebut. Asalkan diharuskan mencari lailatul qadar ini pada seluruh hari dibulan Ramadan.
“Yang penting dicari, tapi yakin dapat saja. Karena saya itu punya kitab, dan itu kitab kredibel, ya kitab orang dulu, kitab hadis,” terang Gus Baha.
Diterangkan, bahwa Nabi Muhammad sedang bercerita tentang keresahan pada umatnya dengan membandingkan usia para nabi terdahulu.
“Nabi Nuh itu umurnya 1000 tahun kurang 50, berarti 950 tahun. Nabi Ibrohim berapa ratus tahun, macem-macem. Terus ada keresahan, umat Nabi Muhammad itu umurnya pendek terus gimana?”
Rupanya, kata Gus Baha, Allah merespon keresahan nabi tersebut. Maka dikasihlah bonus lailatul qodar. Umat Nabi Muhammad yang umurnya pendek itu aku beri lailatul qadar, yang nilainya sama dengan 1000 bulan.
“Umat nabi yang ibadahnya benar mendapatkan lailatul qadar. Kalau kamu sungguh-sungguh mencari di 10 hari terakhir, mencari mulai tanggal 1,” katanya.
Sepanjang Ramadan ini, dia menyontohkan amalan utama yang mestinya dilakukan sejak awal Ramadan. Seperti membaca arbain Nawawi hingga khatam, membaca Alquran hingga khatam.
“Diumumkan tanggal 1 Ramadan itu. Pas tanggal 20 (baru) sunngguh-sungguh, jadi ibarat balapan kan sudah kalah banyak (jika tidak bersungguh-sungguh sejak awal Ramadan, red). Karena teksnya syahru Ramadan, berarti seluruh Ramadan.”
“Keyakinan saya semoga, yang penting selagi ummat nabi, yang ketika itu tidak maksiat, pokoknya meski shaleh-shaleh biasa begini, shaleh kelas ringan, yang penting tidak maksiat, itu tetap mendapat lailatul qadar.”
Apakah lailatul qadr harus ditangkap atau dicari? GUs Baha meminta untuk tidak terlalu memperdalam (terorinya, Red). Dia meminta kita semua, untuk yakin saja bahwa lailatul qadar itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan untuk menggantikan umurnya umat Nabi Muhammad Saw yang tak sepanjang umur orang-orang zaman kuno.
“Itu jelas, saya baca teks, tidak mimpi, tidak mengigau, emang begitu,” katanya seraya mengutip ayat, lailatul qodri khorummin alfisyahr (QS Alqodr : 2). (Syam)