Genap satu dasawarsa KBB tegak berdiri dikakinya sendiri. Semangat otonomi sebagaimana tertuang dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah lalu ditegaskan dengan UU No.12 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Bandung Barat (KBB) di Provinsi Jawa Barat, telah memberikan wewenang yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah.
Dan alhamdulillah, sejak 2007 lalu, kita telah diberikan amanah itu. Bagaimana KBB punya keleluasaan mengatur dan melaksanakan kewenangan berbagai program pembangunan. Semangat ini tidak boleh luntur, semangat otonomi daerah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi, penghormatan terhadap budaya lokal serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Kini pada tanggal 19 Juni, Kabupaten Bandung Barat (KBB) memperingati titi mangsanya. Sidang Paripurna Istimewa bersama DPRD, kepala daerah, dan berbagai unsur masyarakat lainnya tentu bukan hanya menjadi simbolisme belaka. Namun lebih dari itu, sebagai momentum revitalisasi perwjudan tujuan otonomi sebagaimana harapan Komite Pembentukan Kabupaten Bandung Barat (KPKBB) dan seluruh warga masyarakat. Paripurna istimewa menjadi kesempatan penting untuk merefleksi, sudah sampai dimanakah kita mewujudkan amanat otonomi daerah.
Tentang progress pembangunan KBB sendiri, saya melihat, aparatur pemerintahan sudah berusaha untuk terus mendorong peningkatan kinerja. Alhamdulillah, meski masih banyak kekurangan namun beberapa langkah yang dilakukan sudah mulai membuahkan hasil. Harapannya tentu saja, berbagai kendala serta kekurangan dalam menjalankan program-program yang ada bisa dibenahi secara bertahap.
Kemudian, tak kurang pentingnya adalah kesadaran bahwa segenap aparatur pemerintahan dan legislatifnya harus terus meningkatkan sinergitas dan kolaborasi. Kata kunci yang tepat untuk menggambarkan semua komponen ini sebagaimana analogi sebuah bangunan. Iya. Bangunan yang tersusun atas bahan, material dan fungsi yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama. makna ini saya memahaminya bukan hanya dalam peribahasa, namun sebuah komitmen bersama yang harus dilakukan semua yang ada di KBB.
Dihari jadi KBB ini, saya mengucap syukur tak terhingga. Ini sebuah anugerah spektakuler yang sangat jarang ditemui dihari-hari lainnya. Alhamdulillah, hari jadi KBB dilaksanakan dibulan suci yang bertepatan dengan hari Pancasila dan pekan Bulan Bung Karno kemarin. Momentum besar ini harus memberikan energi besar untuk kita semua agar estafeta pembangunan, dengan peran dan fungsi kita yang berbeda-beda, dapat berjalan lancar demi mewujudkan KBB jauh-jauh-jauh lebih baik lagi.
Bukan Perkara kebetulan tentunya ketika 1 Juni 1945 Pancasila itu terlontar dari lisan Sang Proklamator. Hingga dua bulan berikutnya sejak sidang pertama Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai 1 Juni itu, proklamasi kemerdekaan pada saat bulan suci Ramadan terjadi. Ini berkah. Dan KBB pun saat ini kecipratan berkahnya. Spirit Pancasila dibulan suci dan berdekatan dengan hari jadi.
Saat peringatan hari Pancasila 1 Juni 2017 kemarin, Pemda KBB sengaja tidak meliburkan para aparaturnya, melainkan mewajibkan apel. Hal ini penting karena hari lahir Pancasila perlu diselami oleh setiap anak bangsa dengan memberikan waktu terbaiknya untuk falsafah kita ini. Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila di Gedung Merdeka Bandung, Rabu (1/6/2016) lalu, saa berpikir bahwa sudah saatnya Pancasila itu membumi di nusantara ini.
Selepas sahur lalu subuh disatu Juni kemarin itu, saya sengaja membaca kembali pidato Bung Karno. Tiba-tiba, ada rasa haru menjalar kesekujur tubuh saya. Kutipan pidato yang dibacakan didepan para peserta sidang yang dimpimpin oleh Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat itu memberikan pelajaran berharga. Pertama, kesemptan belum tentu datang dua Kali. Manakala ada kesempatan, maka cepatlah ambil.
Kedua, sesuatu yang besar, tidak harus selalu dipersiapkan dengan njelimet. Tidak perlu harus menunggu sempurna. Buktinya Bung Karno dalam Pidato 1 juni, perdebatan yang kental para peserta sidang selama 3 hari itu terus berkutat pada berbagai persiapan sebuah negara sempurna. Sampai pada akhirnya, dihari ketiga, blum ada yang mampu menjawab diatas dasar apa Indonesia akan diproklamasikan.
Dari sanalah saya berkeyakinan, untuk meraih jembatan emas itu tidak ada yang langsung jadi. Proses yang dilalui akan menjadi kawah candradimuka untuk menjadikan kita semua lebih dewasa, arif dan bijaksana. Pelajaran berharga dari Pidato Bung Karno lainnya, untuk mencapai kesejahteraan itu tidak perlu banyak syarat dulu, lama berdiskusi dulu, namun action terlambat. Jangan menunggu sesuatu sempurna, tetapi lakukanlah apa yang bisa dikerjakan tanpa ditunda, lalu langkah berikutnya sempurnakanlah ikhtiarnya.
Kaitannya dengan KBB tentu jelas ada. KBB yang tidak pernah direncanakan sejak awal menjadi sebuah daerah otonom baru tentu perlu banyak belajar tentang segala hal. Kekurangan yang ada perlu diperbaiki secara bertahap, perlahan dan pasti. Saya meyakini, semua harapan dan cita-cita masyarakat bisa terwujud. Karena syarat untuk sebuah daerah jaya ini sesungguhnya sudah ada.
Akhirnya, marilah kita menambah khasanah doa. Tak hanya bagi diri, keluarga dan tetangga, namun juga untuk KBB agar menjadi daerah yang barokah dan diridhoi oleh-Nya. Hanya keberkahanla yang mampu mempercepat progress pembangunan. Selamat menyempurnakan ibadah. Selamat menggapai hari-hari terakhir Ramadan dan kemulian lailatul qadr didalamnya. Semoga ini bukan Ramadan terkahir. InsyaAllah dihari jadi KBB dibulan penuh berkah ini menjadikannya semakin jaya. InsyaAllah saya Haqqul Yaqin.
Oleh Yayat T. Soemitra (Wakil Bupati Bandung Barat)