Kolom

Kata Anis : Mak, Corona Teh Iraha Datangna?

208
×

Kata Anis : Mak, Corona Teh Iraha Datangna?

Sebarkan artikel ini
sekolah libur karena corona

Namanya Anis, 7 tahun usianya. Orang tua nya tinggal di Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Bocah perempuan ini sedang semangat-semangatnya sekolah, maklum dia sudah bisa membaca. Juga mengaji, Iqro jilid 6 baru dikhatamkannya.

Harusnya, bulan Rajab pekan kemarin dia naik panggung di madrasah tempatnya mengaji. Ia akan diwisuda untuk naik kelas mengaji Al-Qur’an. Sebuah kelas impian bagi bocah-bocah di kampung halamannya, karena berarti dia tidak akan disebut anak kecil lagi oleh teman-temannya.

Hingga pada pertengahan Maret 2020 semuanya berubah. Makhluk bernama Corona membuyarkan bayangan manis seorang Anis. Sekolah libur, ngaji libur dan semakin hari area bermainnya semakin dibatasi.

“Mak, ari si corona teh iraha datangna? Engke mun datang, kudu ngangge masker kitu?”

Artinya kira-kira begini : “Mak, kalau corona itu datangnya kapan? Kalau datang, harus pakai masker?”

Tanya Anis pada ibunya, polos. Saat itu, ibunya sedang menggulung karpet mesjid kampung karena akan di semprot disinfektan. Kepunduhan dan DKM setempat cukup serius berikhtiar menangkal COVID-19 yang disebabkan coronavirus.

Pemahaman Anis begitu. Hehehe. Menganggap Corona adalah seseorang manusia penting atau pejabat. Kedatangannya seperti ditunggu-tunggu, sehingga semua yang biasa dilakukannya terhenti.

Ngaji, sekolah, dan pembatasan area bermain. Bahkan, sekarang, bocah ini hanya harus main di rumah.

“Kesel, Mak. Teu aya tivi di bumi. Teu gaduh hape jiga batur. Diajar wae mah cape,” gerutunya lagi.

Ibunya yang sudah tidak berusia muda lagi hanya tersenyum ringan. Meski tinggal di kampung, ibunya, sami’na wa’atho’na dengan himbauan ajengan.

Harus melakukan social distancing alias pembatasan sosial. Pokoknya, nasehat Ibunya Anis, corona itu virus bahaya. Kita yang seat harus membatasi bertemu yang lain, jangan bermain ramai-ramai dulu.

Tepat sekali. Kita semua harus berjamaah bertarung melawan virus Corona. Jumlah kasus Covid-19 pun terus meningkat hingga saat ini.

Covid-19 menjadi musuh bersama setiap orang. Banyak yang serius merespon dengan berbagai upaya preventif, ada juga yang sekedar seremonial menggugurkan kewajiban. Atau, ada yang masih menganggap ini semua bahan bercandaan? Naudzubillah…

Ada yang masih menganggap remeh soal Corona? Coba lihat sejarah, tahun ini kita sedang memasuki perubahan peradaban. Setiap satu abad. Ini wabah besar, harus disikapi serius tapi tentu tetap tenang.

Dalam berbagai literatur, bumi kita ini ternyata pernah mengalami wabah menggemparkan model begini. Bahkan, lebih menyedihkan mungkin dijamannya.

Pada tahun 1720, ada wabah besar bernama Marseille. Lalu, tahun 1820 ada wabah KoleraKolera. Seabad kemudian, konon kabarnya ada wabah seperti flu babi dari Spanyol (1920). Di tahun itu, kecamuk perang dunia sempat terganggu.

Kini, tahun 2020, Virus Corona muncul. Pada 9 Januari lalu, kematian pertama sudah di konfirmasi. Lalu bertambah, bertambah, bertambah, hingga ke seluruh dunia.

Angka perkembangan Covid-19 di Indonesia meningkat pesat. Banyak daerah melakukan karantina lokal. Anjuran berdiam di rumah, menjadi keharusan yang tidak dapat ditawar bagi mereka yang tidak ada kepentingan.

Yuk, di rumah aja. Tetap lakukan pembatasan sosial. Disiplin dengan mengamalkan perilaku hidup bersih dan sehat. Ini semua demi orang-orang yang kita cintai, demi lingkungan kita, demi seluruh manusia dan demi dunia ini.

Pokoknya, jangan CORONA! Jangan terlalu CEMAS. Jangan OGAH-OGAHAN, apalagi acuh tak acuh dengan berbagai himbauan pemerintah.

Jangan ROKOK. Duhai para perokok, inilah saatnya mengirit dompet, memanfaatkan keuangan untuk kebutuhan keluarga saat diam di rumah aja.

Jangan terlalu percaya dengan OMONGAN orang yang belum tentu kebenarannya. Hindari lah berita hoax. Cape. Perbanyak saja baca bacaan yang berkualitas.

Jangan NANGKRING. Kirangi nongkrong-nongkrong nggak perlu. Nanti, setelah semua normal, kita bebas bisa nongkrong-nongkrong dimana saja. Sepuasnya.

Jangan ASAL. Iya, jangan asal bunyi, asal celetuk, menganggap remeh, bercandaan nggak perlu soal corona. Ingat, setiap perkataan kita bisa jadi doa. Kata yang buruk, assl-asalan, akan menjadi doa buruk. Naudzubillah.

Jangan CORONA!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *