JAKARTA, (CAMEON) – Umat Islam yang berjalan kaki ke Jakarta dikomentari sinis oleh Ade Armando, dosen Universitas Indonesia. Dalam akun Facebooknya, Kamis, 1 Desember 2016, ia mengaku kasihan kepada mereka.
“Saya cuma iba dengan kesia-siaan aksi itu. Kalau membela Islam caranya semubazir ini, wajarlah umat Islam di dunia akan terus terpuruk dan tertinggal. Bayangkan ada ribuan orang dari Ciamis bersedia berjalan kaki ke Jakarta untuk aksi sholat bareng di depan Monas. Juga dari daerah2 lain, Dan di sepanjang jalan ada para ibu yang menyediakan makanan minuman bagi pejalan kaki itu. AA Gym naik kuda. Gubernur Jabar dan Walikota Bandung melepas perjalanan panjang mereka. Pertanyaannya: buat apa?” tuturnya.
Ia kemudian melanjutkan, “Tapi memang saya kemudian sadar bahwa ini memang ciri-ciri sebuah masyarakat terbelakang yang tidak mampu berkompetisi dengan otak, sehingga mengedepankan otot. Bukan kualitas tapi kuantitas.”
Menurutnya, dunia Islam terbelakang karena kelakuan para pemukanya yang punya keterbatasan kemampuan berpikir. “Dunia Islam terbelakang karena ada banyak pemuka agama yang bermental pecundang,” ucapnya.
Postingan Ade itu ditanggapi beragam oleh netizen. “Setuju pak, Indonesia masih harus terus berjuang dari keterbelakangan berpikir dari cara2 seperti ini kalau mau bersaing dgn negara lain..trimakasih pak ade,” tulis Victor Liu.
“Selama bulan November ada banyak bencana banjir di berbagai wilayah Jawa Barat. Bukannya kerja dan mengawasi kinerja pemerintahannya eh malah mikiran seorang Ahok di Jakarta,” timpal Riandri Wijaya.
Netizen lainnya, Novita Maryana, berkomentar beda. “Yaelah, kami juga iba dgn anda, waktu pembagian otak gk hadir sich, jd otaknya mas ini rasa2 sengklek. Saya iba knp anda tidak menjawab tantangan mubahalah? Jd jgn cm bacot doing digedein,” ujarnya.
Komentar senada ditulis Tuty Setiawati. Malah ia menyarankan Ade Armando untuk pindah agama.
“Ade dan para pendukungnya mengaku cinta Islam tapi membela yg menghina Islam. Katanya cinta NKRI tapi membela yg memberi izin reklamasi Teluk Jakarta. Padahal itu tanah negara yang dibangun untuk komersil,” papar Sam Rizal. (pey)