KOTA TASIK (CM) – Suasana berbeda tampak di salah satu restoran cepat saji di Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Tasikmalaya. Lantunan ayat suci Al-Qur’an terdengar sayup dari dalam ruangan, dibacakan dengan penuh penghayatan oleh puluhan penyandang tunanetra dan tunadaksa.
Jemari mereka lembut meraba lembar demi lembar Al-Qur’an Braille, membaca Juz 30 dengan penuh khusyuk. Momen ini menjadi bagian dari kegiatan Trip Blind Tadarus Braille, sebuah program sosial kolaborasi antara Komunitas Republik Aer, Ngulisik, Piknik Bareng Katara, PMI, serta dukungan dari McDonald’s dan RSJK.
Acara yang digelar pada Rabu (19 Maret 2025) ini bertujuan memberi ruang bagi penyandang disabilitas untuk mengisi bulan Ramadan dengan kegiatan ibadah yang bermakna, sekaligus melatih kemandirian mereka.
Peserta yang hadir berasal dari Yayasan Majelis Taklim Tunanetra Al Hikmah dan Persatuan Tunadaksa Tasikmalaya (PERDATA). Mereka duduk rapi, sebagian di atas kursi roda, menikmati suasana Ramadan yang kental dengan nuansa spiritual. Setiap ayat yang dilantunkan menggema, menciptakan atmosfer religius yang mendalam.
Harniwan Obech, perwakilan Republik Aer, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk sinergi dari berbagai komunitas yang ingin mendorong semangat para difabel dalam beribadah.
“Kegiatan ini lahir dari semangat bersama, tujuannya agar teman-teman difabel makin termotivasi untuk tetap aktif menjalankan ibadah di bulan suci,” ujar Obech didampingi Ketua PERDATA, Pipih Suparmi.
baca juga: Belasan Penyandang Tunadaksa dapat Support dari McD dan PT. KAI Perjalanan Inklusif ke Yogyakarta
Sebelum memulai tadarus, para peserta diajak berkeliling Kota Tasikmalaya menggunakan bus wisata Ngulisik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan para tunanetra tentang lingkungan kota, sehingga mereka tidak hanya hafal rute dari rumah ke sekolah atau tempat biasa saja.
“Harapannya, peserta bisa lebih mengenal area kota Tasikmalaya. Bukan cuma tahu jalur rumah-sekolah, tapi mereka juga mampu beraktivitas mandiri tanpa selalu bergantung pada pendamping,” jelas Obech.
Lebih dari sekadar membaca Al-Qur’an, tadarus Braille ini juga menjadi media refleksi diri bagi para peserta. Barri, salah satu penggiat komunitas, mengungkapkan bahwa dengan mendalami Al-Qur’an, para difabel diharapkan mampu menerima kondisi mereka sebagai karunia dari Allah SWT.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari manajemen restoran tempat acara berlangsung. Erik, manajer restoran, menyebutkan bahwa keterlibatan mereka adalah bagian dari komitmen perusahaan terhadap program Diversity, Equity, and Inclusion (DEI).
“Ini bentuk nyata komitmen kami untuk mendukung keberagaman dan inklusi. InsyaAllah, kegiatan seperti ini akan kami adakan secara rutin,” kata Erik.
Trip Blind Tadarus Braille bukan sekadar kegiatan seremoni, tetapi juga simbol semangat inklusivitas dalam beribadah. Ramadan bukan hanya milik mereka yang sempurna secara fisik, namun juga menjadi ruang penguatan iman bagi setiap insan, termasuk saudara-saudara kita yang hidup dengan keterbatasan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak pihak tergerak untuk terus menciptakan ruang dan kesempatan bagi para penyandang disabilitas agar mereka bisa hidup lebih mandiri, bermakna, dan penuh keberkahan.