BANDUNG, (CAMEON) – Kurang lebih 20 orang anak SMA melakukan tawuran. Paska tawuran, tiga pelajar dibawa ke kantor polisi dan satu orang lainnya ditahan di kantor polisi akibat membawa sabu-sabu di tasnya. Akan tetapi, cerita tersebut tidak benar-benar terjadi. Cerita itu hanya ada dalam drama bahasa sunda “Budah si Narko”.
Drama yang dikemas secara apik dalam bahasa sunda itu sebenarnya menceritakan tentang kematian Narko, siswa SMA di dalam kantor polisi akibat overdosis sabu-sabu. Di awal cerita ternyata, polisi melakukan kesalahan dalam penangkapan. Polisi malah menangkap Sobar, salah seorang pelajar yang ikut tawuran.
Walaupun begitu, polisi sebenarnya melakukan penangkapan bukan tanpa alasan. Di dalam tas Sobar, polisi menemukan beberapa bungkus kecil sabu-sabu. Ketiga teman Sobar yang ikut ke kantor polis pun tidak hanya diam. Lisa, Ohim dan Damiri pun mencari rekaman tawuran siapa yang memasukan barang haram tersebut ke dalam tas temannya.
Tak berapa lama, ketiga teman Sobar berhasil mengambil rekaman tersebut dan menyerahkannya kepada polisi. Akhirnya, polisi pun melepaskan Sobar dan menangkap pemilik asli sabu-sabu, Narko di sebuah diskotik.
Cerita itu ternyata masih belum selesai, kedua orangtua Narko yang berprofesi pejabat tidak tinggal dia. Kedua orangtua Narko mencoba menyogok kepala polisi untuk bisa membebaskan Narko. Akan tetapi, usaha kedua orangtua Narko ditolak mentah-mentah. Narko tetap ditahan di dalam kantor polisi.
Kebiasaan Narko untuk menggunakan sabu tetap berlanjut di dalam penjara. Sampai-sampai Narko rela menyogok anggota polisi untuk melancarkan aksinya. Akibat ulah Narko, tak berapa lama, dia meninggal serta salah seorang polisi pun ditahan terbukti menerima sogokan.
Drama yang disutradarai oleh Dadi P. Danusubrata dipentaskan oleh kelompok teater Sunda Kuwari di Rumentang Siang, Sabtu malam (23/7). Pertunjukan tersebut mendapatkan sambutan dan tepuk tangan penonton yang notabenenya dari kalangan pendidikan.
Salah seorang yang menonton, Silvia, 22, mengatakan pementasan ini sangat bagus. “Dampak globalisasi saat ini semakin terasa sangat kuat terutama di kalangan pelajar,” ucap Silvia kepada wartawan.
Perubahan yang terjadi cenderung mengarah pada semakin krisisnya moral dan akhlak para pelajar atau kalangan muda. Semakin hari, diakui olehnya, hal itu tidak terbendung lagi. Perlu ada kerjasama dari berbagai pihak untuk menghentikan kejadian ini.
Naskah karya Dadan Sutisna ini sempat dibawakan oleh Ki Daus ini ternyata telah beberapa kali dipentaskan. Hal itu sebagai pengingat kepada semua stakeholder agar kejadian ini jangan sampai terjadi di kehidupan nyata.
Menurut Sutradara, Dadi P Danubrata, pagelaran ini merupakan kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Barat. “Ini merupakan sosialisasi dari BNN terkait pelarangan narkoba,” Katanya.
Pagelaran ini, kata dia, akan digelar secara kontinu setiap hari minggu selama sembilan bulan ke depan yang akan dimulai 19 Agustus, mendatang. Ditargetkan setiap minggunya akan ditonton oleh 1.500 orang pelajar di Kota Bandung.
Dalam kegiatan tersebut, hadir juga perwakilan BNN Provinsi Jabar, Johanes. Dalam sambutannya, mengatakan betapa mengerikannya kasus narkoba yang terjadi terutama di Indonesia. Pihaknya akan terus memerangi narkoba dengan berbagai kegiatan. cakrawalamedia.co.id (Nta)