News

Sirkuit Kadaplak dan Aksi Puluhan Pebalap

408
×

Sirkuit Kadaplak dan Aksi Puluhan Pebalap

Sebarkan artikel ini
Sirkuit Kadaplak dan Aksi Puluhan Pebalap

BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Ini bukanlah berita tentang Formula 1. Tapi percayalah, ajang balapan dalam sirkuit yang disebut kadaplak tak kalah seru dengan menonton ajang balapan “Mobil Mewah” yang sering nongol di televisi.

Satu lagi potensi wisata punya Kabupaten Bandung Barat (KBB). Rasanya, tontonan yang satu ini sulit ditemukan di daerah manapun. Selain unik, tontonan ini sangat menghibur.

Ini memang bukan sirkuit The FIA Formula One World Championship yang mewah seperti di Bahrain, Tiongkok, Malaysia dan Turki. Tapi, balapan di sini sama serunya seperti perhelatan Grand Prix.

Kelas balapan seperti mobil formula dengan satu unit kendaraan dan tempat duduk tunggal ini ditampilkan di Kampung Batu Loceng Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang KBB, sepanjang hari Minggu, bebeberapa waktu lalu.

Bedanya, perhelatan Formula One yang telah diadakan di seluruh penjuru dunia itu merupakan balap mobil termahal baik dalam segi produksi maupun olahraganya. Sedangkan yang digelar di Lembang adalah balapan mobil termurah sepanjang masa.

Sejak awal balapan, penonton sudah disuguhi suasana seru, tegang sekaligus menggelikan. Para pebalap dengan berbagai latar belakang usia itu mempertontonkan aksi-aksi lucu dengan mobil amatir di dalam sirkuit dadakan.

Seru memang, karena balapan di tanah ini tidak menggunakan mobil Formula 1, melainkan mobil-mobilan buatan sendiri berbahan kayu bernama Kadaplak. Inilah jenis mobil warisan karuhun nenek moyang yang mudah diduplikasi siapapun tanpa royalti.

Pesertanya beragam dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka harus menuruni bukit sejauh 400 meter. Inilah sirkuit dadakan yang bisa membuat para pebalap “nyungsep” di tikungan tajam.

Sebagai pengetahuan. Kadaplak merupakan sebuah alat permainan khusus yang hanya digunakan untuk jalanan menurun atau berbukit-bukit.

Jenis kendaraan mainan ini dibuat dari kayu papan dengan panjang sekitar 80-100 cm. Pada bagian depan dibuatkan kemudi serta empat roda kayu yang dilapisi karet dari potongan ban kendaraan bermotor. Ada juga diantara roda-roda ini menggunakan laher mobil maupun motor bekas.

Karena sirkuit menurun melalui permukaan tanah, sebelum perlombaan para peserta harus menggendong Kadaplak untuk mencapai tempat yang lebih tinggi di kawasan lereng Bukit Tunggul.

Setelah berada di puncak, mereka sama-sama bersiap-siap untuk balapan. Titik start sudah ditentukan. Pebalap sudah siap secara sportif untuk berlomba mencapai finish di bawah bukit.

Layaknya balap mobil pada umumnya, begitu bendera start diangkat, para peserta langsung meluncur. Mereka meliuk-liuk di jalanan menurun. Mereka berlomba untuk berada di paling depan.

Supaya mobil tetap melaju, terlihat para peserta menggerakan kaki mereka. Kaki dijejakkan ke tanah seperti memboseh sepeda agar mobil melaju dengan kencang.

Wuish! Wuish! Wuish! Kendaraan para peserta pun meluncur hebat. Perkiraan kecepatan sekitar 40 km/jam. Beberapa diantara mereka ada yang terjatuh, terhimpit mobil hingga nyungsep jauh terpelanting ke dasar bukit.

Peserta tidak bisa mengurangi kecepatannya karena tidak ada rem sehingga banyak dari peserta yang terjatuh saat menyentuh garis finish.

Uniknya, walau pebalap terlihat rasa lelah namun para peserta dan masyarakat yang menonton diliputi penuh suka cita dan gembira. Meski banyak yang terjatuh, namun suasana riuh tawa riang gembira justru hadir di sana.

“Saya hampir seminggu tiga kali latihan di track yang sudah ada. Jadi tadi tidak terlalu sering jatuh. Saya cukup menguasai lapangan,” kata salah seorang peserta, Rizky (20), seusai meluncur dari atas bukit.

Dengan keringat bercucuran, dia mengaku, sangat antusias mengikuti perlombaan ini. Apalagi dia mencari kesenangan dengan perlombaan ini, bukan hanya mencari kemenangan.

“Saya menggunakan kadaplak yang dibuat khusus. Kecepatan kendaraan saya mencapai 60 km/jam. Sangat cepat lho,” serunya.

Bahkan, warga Lembang ini membanggakan diri, kecepatan kadaplak-nya bisa mencapai laju maksimal 150 km/jam. Kecepatan ini bisa dia atur jika roda kadaplaknya menggunakan laher mobil atau motor.

“Saya harap perlombaan semacam ini rutin diadakan agar permainan tradisional semacam ini bisa dilestarikan terus,” ucapnya.

Ketua panitia, Gunawan menuturkan, antusias warga untuk mengikuti perlombaan balap kadaplak ini sangat tinggi. Meskipun sebelumnya para pemenang tidak akan mendapatkan hadiah.

“Untunglah sebelum perlombaan, ada donatur yang mau memberikan hadiah meski hanya sepeda gunung dan handphone. Tapi pada akhirnya peserta memang bukan mengejar hadiah saja,” tutur Gunawan, disela kegiatan.

Dia mengatakan, jenis perlombaan ini adalah warisan leluhur. Kadaplak turun temurun dari warga setempat sejak tahun 1960 silam. Hingga sekarang, kegiatan ini rutin digelar.

Dia menjelaskan, balapan kadaplak pada tahun 1998 sempat terhenti dan warga hanya menggunakan mobil Kadaplak sebagai hobi saja. Pada tahun itu memang aksi balapan stagnan.

“Terakhir tahun 1998 ada perlombaan kadaplak. Dan pada tahun ini kita mengadakan perlombaan balap ini lagi. Kedepannya mudah-mudahan pesertanya lebih banyak dan tidak hanya berasal dari kampung ini saja,” ujarnya.

Melalui permainan balap Kadaplak ini, harap Gunawan, indeks kebahagiaan warga bisa meningkat. Setidaknya, warga setempat bisa sejenak melupakan kepenatan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, warga kampung yang sebagian besar bermata pencaharian petani dan peternak sapi ini bisa berkumpul dan berinteraksi bersama. Di sanalah dapat memunculkan rasa persaudaraan dan kebersamaan.

Melalui permainan ini, secara tidak langsung terbentuk rasa saling tolong menolong dan menambah keakraban. Mereka tertawa bersama dan terciptalah keharmonisan kekeluargaan.

“Melalui perlombaan seperti ini bisa meningkatkan tali silaturahmi antar sesama warga karena tidak ada yang diperebutkan dalam perlobaan ini. Meski ada hadiahnya, itu hanya alakadarnya saja. Kalah maupun menang biasa saja, yang penting bahagia,” jelasnya. cakrawalamedia.co.id (ginan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *