Kolom

“Simpay Baraya” Meungkeut Pageuh Tatali Wargi

530
×

“Simpay Baraya” Meungkeut Pageuh Tatali Wargi

Sebarkan artikel ini

CAKRAWALAMEDIA.CO.ID | Simpay Baraya atau Simba adalah event tahunan keluarga besar keturunan Aki Nursai dan Aki Ood Atmasutisna. Generasi selanjutnya dari aki Nursa’i adalah Mak Oon, Mak Uum dan Mak Yoyong, sedangkan dari Aki Ood Atmasutisna yaitu Mak Ucu, Mak Noneng, dan aki Uu.

Hingga saat ini, anak, cucu dan buyut dari aki Nursai dan Ood Atmasutisna jumlahnya sudah mencapai ratusan. Hal itu tentu tidak akan ada artinya apabila satu sama lain tidak saling mengenal, atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah “pareumeun obor”.

“Pareumeun Obor “ menjadi satu kekhawatiran Abah Apo, salah seorang buyut aki Nursai, hingga akhirnya abah Apo menggagas satu acara yang bisa mempersatukan keluarga. Maka lahirlah “Simpay Baraya” atau Simba pada tahun 2013. Awalnya, Simba jilid 1 ini hanya diikuti oleh 5 (lima) keluarga, hingga Simba jilid 5 di tahun 2018 ini, berkembang menjadi 12 keluarga.

Event tersebut berlangsung selama dua hari. Di hari pertama diisi dengan cerita nostalgia dan hiburan keluarga, sedangkan hari kedua dengan games (permainan), lomba yel antar keluarga, dan lomba lainnya. Uniknya, konsep Simba ini yakni “Dari kita untuk kita”.

Oleh sebab itu, seluruh panita maupun pengisi acara tidak melibatkan orang lain. Semuanya punya keterkaitan keluarga alias baraya. Biasanya keluarga yang paling banyak meraih juara akan menjadi panita Simba jilid berikutnya.

Silih asah, silih asih, silih asuh adalah falsafah orang Sunda yang sangat dipegang teguh oleh komunitas  Simpay Baraya. Membersihkan hatinya dulu sebelum menggunakan pikiran dan perasaan.

Saling berkasih sayang sebelum berpendapat dan mengasah diri. Setelah itu, saling menjaga dan memelihara rasa kasih sayang dan saling melengkapi potensi di dalam kehidupan agar keselamatan, kedamaian dan kemakmuran menyertai umat manusia.

Komunitas Simpay Baraya layaknya orang Sunda juga dikenal humoris, baik hati taat beribadah atau rajin netepan, serta menghormati yang lebih tua. Nilai-nilai itulah yang ingin dilestarikan dalam Simba. Baraya yang diikat oleh simpay. Jika simpay atau ikatan itu tidak dirawat, maka diibaratkan kumpulan batang lidi yang tadinya terikat kuat menjadi sapu kemudian simpulnya putus karena lapuk oleh wakt.

Akhirnya setiap lidi pun berpisah satu sama lain. Maka rawatlah terus ikatan baraya kita agar satu sama lain dapat saling melengkapi, menyayangi, dan memberi arti meungkeut pageuh tatali wargi. Penulis: Abah Apo

GALERI: 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *