Kolom

Sampai Kapan Rakyat Terus Menjadi Korban

189
×

Sampai Kapan Rakyat Terus Menjadi Korban

Sebarkan artikel ini

“Pasca pengumuman pemenang PEMILU 2019, massa mulai berkumpul di depan kantor KPU dan BAWASLU” . Kira-kira seperti inilah judul menjadi headline di beberapa media massa, baik televisi atau media online pada tanggal 21 mei 2019.

Saya yang tengah berada di Jepang, yg notabene penduduknya sangat rendah dalam partisipasi politiknya merasa bangga, karena rakyat Indonesia sampai rela panas2an untuk memperjuangkan aspirasinya. Terlepas bahwa kecurangan itu ada atau tidak, Saya merasa bangga karena rakyat Indonesia tidak tinggal diam ketika mereka merasa haknya dicurangi.

Sambil berbuka puasa, saya melihat beberapa pakar dan partisan dari kedua belah pihak yang berkompetesi saling berdebat dan beradu argumen tentang apa yang terjadi di Negeri ini. Pihak yang menang “meminta pihak yang kalah beserta pendukungnya menerima hasil dengan lapang dada”.

Sedangkan pihak yg kalah “meminta penyelanggara untuk berbuat adil, serta menyelidiki kecurangan yang terjadi, dan tidak bertanggung jawab apabila ada rakyat dipihaknya yang marah bahkan sampai berbuat anarkis”. Kira-kira seperti itulah pendapat mereka yang saya tangkap waktu itu.

Keesokan harinya, atau hari ini tanggal 22 mei, ketika mengecek timeline di twitter saya, saya kaget karena ada banyak sekali kabar yang memberitakan terjadinya kisruh antara massa dan polisi. Bahkan beberapa media mainstream memberitakan ada dua orang pendemo yang gugur.

“Lagi-lagi rakyat yg harus menjadi korban”. Itulah kalimat yang pertama kali terpikir setelah melihat apa yang terjadi. Dalam hal ini, kemanakah peran Pemerintah yang seharusnya mengayomi rakyatnya ? Walaupun mereka yg berdemo bukan pendukung pemerintah saat ini, tapi mereka adalah rakyat Indonesia, mereka yang menggajih pemerintah, berkat mereka negara ini bisa berdiri saat ini.

Pemerintah saat ini yang juga dinyatakan sebagai pemenang PEMILU harusnya sudah punya cara untuk mengantisipasi agar tidak terjadi korban dari rakyat. Kemudian pihak  oposisi sendiri yang dinyatakan kalah, dan mereka tidak menerima kekalahannya karena kecurangan yang terjadi, atau apapun itu massa yang sekarang menjadi korban  “aparat” itu adalah pendukung kalian.

Karena pernyataan kalian yang tidak menerima kekalahan, mereka harus jauh meninggalkan rumah hingga bersimbah darah. Keikhlasan perjuangan mereka tanpa di iming-imingi jabatan menteri atau jabatan strategis lainnya,  jangan kalian sia-siakan.

Kalian yang tidak becus berkompetesi, yang hanya teriak terjadi kecurangan harus ikut bertanggung jawab , dengan apa yang terjadi. Kalian yang tidak becus menyediakan saksi sehingga terjadi kecurangan dan rakyat tidak puas dengan itu. Jika kecurangan itu terjadi atas hasil kerja kalian yg tidak maksimal, maka terimalah hasil kecurangan itu. Jangan jadikan rakyat korban ketidak becusan kalian.

Untuk yang berkuasa, sampai kapan kalian akan memperlakukan rakyat kalian seperti ini? kalian hadang dengan senjata, rakyat kalian yang datang meminta keadilan. Mereka tidak akan datang meminta keadilan, jika kalian mampu berlaku adil. Sampai kapan rakyat akan terus menjadi korban?

Akhir kata dari saya, untuk semua saudara sebangsa dan setanah air “Jangan sampai pengorbanan saudara kita menjadi sia-sia. Mari kita tuntaskan revolusi di Negeri kita tercinta!!”.

Jepang, 22 Mei 2019
Gifar Solahudin
Mahasiswa Nanzan University

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *