News

PKL Cihideung Keluhkan Omzet Turun Drastis

174
×

PKL Cihideung Keluhkan Omzet Turun Drastis

Sebarkan artikel ini
PKL Cihideung Keluhkan Omzet Turun Drastis

KOTA TASIKMALAYA, (CAMEON)– Para pedagang kaki lima (PKL) Cihideung Kota Tasikmalaya yang ditempatkan di badan jalan setempat mengeluhkan omzet mereka menurun drastis. Kondisi jualan mereka kalah jika dibandingkan saat berjualan di emperan toko (Perko).

Amin Sutisna (45) salah seorang PKL Cihideung mengeluhkan, rugi atas jualan yang dilakukannya. Perubahan penempatan lokasi jualan membuat pelanggannya raib entah kemana.

“Waduh pak, kami terus terang saja merasa dirugikan dengan adanya perubahan. Penataan pedagang kaki lima yang di tempatkan di badan jalan sekarang ini merugikan kami,” kata Amin, yang berjualan jam tangan, saat di temui CAMEON di lapaknya, Minggu (17/6/2016).

Bahkan, kata dia, bukan hanya Amin saja yang menderita kondisi demikian. Semua pedagang yang di tempatkan di sepanjang badan jalan merasa dirugikan.

“Kalau gak percaya kerugian yang di alami para pedagang setelah ditempatkan di badan jalan, sepanjang jalan Cihideng ini, silahkan  bapak cek aja semua para pedagang yang ada di badan jalan sepanjang jalan Cihideung,” ujarnya.

Kata Amin, kondisi ini agak sedikit berbeda yang berjualan di Perko. “Jangan yang di perkonya, kalau yang di perko itu lain lagi. Kalau gak percaya silahkan dinas yang berkaitan untuk membuktikan. Dinas terkait harus turun langsung liat kami semua,” bebernya.

Sudirman (50) pedagang pakaian di sepanjang Jalan Cihideung lainnya mengeluhkan hal yang sama. Ia membandingkan omzet jualannya sebelum berjualan di lokasi yang sekarang.

“Lakunya jualan dulu dan sekarang sebelum dan sesudah ditempatkan di badan jalan sangat jauh perbedaannya pak,” ucap Sudirman.

Dulu, saat dia berjualan di Perko, stock barang yang dia punya selalu banyak. Bahkan, perputaran uang mengalir sehat. Penjualan barang dan stock yang ada selalu menguntungkan.

“Dulu kami punya stock barang dagangan pakaian lebih dari 3 karung besar. Kalau sekarang saking merosotnya omzet jualan separonya juga kagak,” ujarnya.

Ia berharap, pemerintah kota melalui dinas terkait bisa melihat kondisi ini. Memperhatikan para pedagang dan memberikan solusinya.

Diantara keinginannya, adalah dikembalikan seperti dulu. Jika alasan pemerintah memindahkan mereka berdagang karena mengganggu pejalan kaki, justru tidak masuk akal alias mengada-ada.

“Jika dulu dagang di perko mengganggu pejalan kaki, justru sekarang sebaliknya. Lebih tambah semrawut dan tambah kumuh di pandangnya. Setelah lapak di tanam di badan jalan makin acak-acakan. Kalau dulu kan tidak seperti ini, lapak cukup dipasang dari pagi sampai sore saja, malamnya sudah bersih, tidak ada lagi lapak,” bebernya. cakrawalamedia.co.id   (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *