BANDUNG, (CAMEON) – Pada akhir masa Orde Baru, di Yogyakarta tumbuh “penerbit alternatif”, tidak sedikit penerbit yang menerbitkan buku-buku “wacana serius” yang menjadi tema-tema pemikiran, sastra, sejarah, politik, dan lain-lain.
Bincang-bincang soal penerbitan buku akan membuka Festival Indonesia Menggugat#3: Pekan Literasi Kebangsaan (FIM#3: PLK) pada hari ketujuh sekaligus hari penutupan, di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintiskemerdekaan, Bandung, Rabu (7/12/2016)
Bincang-bincang Penerbitan Buku Alternatif ini menghadirkan narasumber Irwan Bajang (Indie Book Corner, Jogja) dan Eka (Pojok Cerpen, Jogja), dipandu moderator Zaky Yamani (Svatantra, Bandung).
“Di sesi bincang-bincang ini akan turut dibahas pula tentang apa dan bagaimana dunia perbukuan di Indonesia, mulai dari soal penulisan, penerjemahan, editing, royalti, agensi, produksi, promosi, distribusi, dan sebagainya,” kata Bilven kepada wartawan.
Berikutnya, diisi berbagai pertunjukan seni budaya. Seperti, musik, puisi, teater, stand-up comedy yang diisi oleh Adew Habsta, Rannisakustik, Aris Karisma, Untung Wardowo, Sukat, Embrio Proyexxx, daun Jati, TB Alim Kompromi, Buruan.co, Ratna M Rochiman, Senartogok, Didin Tulus, Majalis Sastra Bandung, dan nama-nama lain yang tidak tercantum pada poster.
Memasuki sesi penutupan, aktor monolog Wawan Sofwan menyampaikan Pledoi Indonesia Menggugat, pidato pembelaan yang dibacakan oleh Soekarno pada persidangan di Landraad (kini GIM), Bandung pada 1930.
Untuk diketahui, pada 1930 itu, Soekarno bersama tiga rekannya, yaitu Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata yang tergabung dalam Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda.
Dalam pidatonya, Soekarno menyampaikan keadaan politik internasional dan kerusakan masyarakat Indonesia di bawah penjajah. Pidato pembelaan ini kemudian menjadi suatu dokumen politik menentang kolonialisme dan imperialisme.
Setelah itu, Muhidin M. Dahlan (Jogja) akan membawakan Orasi Literasi Kebangsaan yang berjudul “Dua Warisan Literasi 712. Dia yang Tumbuh di Surabaya, Radikal di Bandung, dan Tumbang di Jakarta.”
Di hari penutupan, pemutaran film-film tetap jalan, begitu juga lapak-lapak buku antik dan baru. Sedangkan kopi gratis hari ini disediakan Das Kopital. (Putri)