News

Angka Kematian Ibu dan Bayi Semakin Tinggi

113
×

Angka Kematian Ibu dan Bayi Semakin Tinggi

Sebarkan artikel ini
Angka Kematian Ibu dan Bayi Semakin Tinggi

BANDUNG, (CAMEON) – Tingginya kasus angka kematian ibu bayi lahir perlu menjadi pehatian penting. Tercatat di Dinas Kesehatan Jawa Barat, pada 2015 jumlah kasus kematian, ibu melahirkan, persalinan dan nifas meningkat cukup tajam, dari 2014. Sebanyak 823 kasus ditemukan pada 2015. Sedangkan pada tahun 2014 hanya mencapai 748 kasus.

Menurut Kasi Kesehatan Kekeluargaan dan Gizi Dinas Kesehatan Jawa Barat Juanita, terdapat angka lainnya yang lebih mengagetkan. Yakni, jumlah kematian bayi yang baru lahir. ”Jumlah bayi baru lahir yang meninggal pada 2015 3.369 kasus. Lalu, pada 2014 sebanyak 3.098 kasus,” ucap Juanita kepada wartawan, belum lama ini.

Rata-rata setiap harinya, lanjut dia, di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 terjadi lebih kurang sembilan bayi baru lahir meninggal pada usia 28 hari setiap harinya. Pihaknya sudah merumuskan hal-hal yang menjadi penyebab tingginya kasus tersebut.

Dia menyebutnya, Tiga Terlambat, itu penanganan pasien yang terlambat, terlambat dalam melakukan rujukan, terlambat dalam pelayanan di fasilitas. ”Rata-rata hal tersebut yang menjadi masalah utama yang dari kematian ibu dan bayi,” katanya.

Di tempat yang sama, ketua pendiri Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jari dr Ilsa Nelwan MPH mengatakan, tingginya angka kematian Ibu tidak bisa dilepas dari ketidaksetaraan gender. Yakni, apa yang dihatapkan masyarakat dari seorang perempuan. ”Pada umumnya perempuan masih diharapkan jadi ibu dan tidak menjadi dirinya sendiri,” ungkapnya.

Perempuan dipuji-uji sebagai ibu yang selalu berkorban, dan tidak banyak informasi yang sampai ke tengah masyarakat bahwa perempuan berhak menentukan kapan menikah, dan kapan punya anak. ”KOMPAS Mei 2016 melaporkan bahwa 75% perempuan tidak tahu dengan adanya Undang-Undang perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan,” katanya.

Kalau perempuan memiliki sumber daya yang sama dengan laki-laki, lanjut dia, akan meningkatkan hasil pertanian dan menurunkan jumlah orang yang lapar. Peningkatan pendapatan perempuan akan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

“Selain itu, dengan peningkatan pendapatan mereka bisa ikut menentukan keputusan keluarga,” pungkasnya. (Putri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *