KOTA TASIKMALAYA (CAMEON) – Salah seorang anggota koperasi Tunas Husada Poltekkes Tasikmalaya mempertanyakan transparansi pengelolaan duit lembaga tersebut.
Sejak puluhan tahun berdiri, koperasi yang beralamat di Jalan Cilolohan Kelurahan Tawang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya ini tidak jelas arahnya. Malah, fungsi koperasi yang seharusnya menyejahterakan anggota dan masyarakat itu belum terasa.
Demikian dibeberkan salah seorang anggota yang juga mantan koperasi tersebut. Bahkan, pria yang enggan disebutkan namanya ini menuding ada uang miliaran rupiah yang tak jelas juntrungnya.
“Koperasi Tunas Husada sudah ada sebelum kami tugas di Poltekkes. Bahkan berdirinya sejak tahun 1988 hingga sekarang 2017, kurang lebih 29 tahun. Tapi tidak jelas sistem administrasinya,” ungkapnya, saat ditemui di sekitar komplek Poltekkes, Rabu (29/3/2017).
Idealnya, lembaga koperasi yang menjadi soko guru bangsa ini transparan dalam mengelola keuangan. Ada Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan Sisa Hasil Usaha (SHU).
“Tapi koperasi ini tidak ada. Tidak transparan. Sementara uang gaji bulanan anggota yang statusnya sebagai pegawai di poltekkes lebih dari 100 anggota, setiap bulannya semua dipotong,” ujarnya.
Potongan gaji para pegawai ini setiap bulannya beragam. Disesuaikan dengan pangkat dan jabatan. Mulai Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu perbulan.
“Mungkin kalau dihitung dari mulai tahun 1988 hingga sekarang, iuran pegawai yang statusnya sebagai anggota koperasi sudah miliaran rupiah, inikan tidak jelas ke mana larinya anggaran tersebut,” katanya.
Ironisnya, ketika ada anggota yang butuh pinjaman duit, tidak mudah. Pinjaman yang totalnya di atas Rp 5 juta saja bukan koperasi yang mengeluarkan. Tetapi salah satu Bank yang direkomendasi oleh koperasi tersebut.
“Seolah kita pinjam ke bank, bukan ke koperasi. Terus terang kami selama ini sebagai anggota sekaligus mantan pengurus koperasi tunas husada kecewa,” katanya.
Pihaknya mengakui, selama ini terus terang mengamati perkembangan koperasi Tunas Husada Poltekkes. Namun, bukannya mengalami kemajuan.
“Sekarang koperasi mengalami kemunduran, malah sebaliknya ngutang ke bank,” katanya.
Pihaknya berharap, dengan adanya problem ketidaktransparan ini bisa menjadi motor penggerak. Bisa hadir sosial kontrol yang mampu membangkitkan persoalan yang ada di koperasi.
“Kemudian jika praduga kami terbukti menguak ketidaktransparan ini, dan terbukti adanya korupsi, biar yang berwajib yang menanganinya,” ujarnya.
Sementara itu, saat berusaha ditemui oleh sejumlah awak media di kantornya, Ketua Koperasi Tunas Husada H Atit Tajmiati, tidak ada ditempat. Saat dihubungi melalui selulernya oleh salah seorang wartawan, Atit mengaku sedang berada di Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.
Dimintai penjelasan terkait protes anggota dan mantan anggota koperasi ini, Atit membantahnya. (Edi Mulyana)