BANDUNG (CAMEON) – Adanya gerakan pembebasan perempuan sudah terjadi jauh peradaban manusia. Terakhir, terjadi konfrensi perempuan internasional. Di mana lebih fokus lebih fokus terhadap isu perempuan dari berbagai bidang.
Akan tetapi, gerakan pembebasan juga tidak terlepas dari potret buram dari wajah perempuan. Di antaranya, Thionghoa, Romawi, Yunani, Yahudi, Inggris dan Inggris.
Menurut salah satu calon ketua komisioner Komisi Perlindungan Indonesia (KPAI) Ai Maryati, di Thionghoa ada sebuah tradisi seorang istri yang rela dibakar ketika suaminya meninggal. Lalu di Romawi, seorang lelaki menjelma sebagai mahluk yang berhak atas diri wanita.
“Di Yunani, wanita dianggap sebagai pemuas seks. Dengan tanda terdapat patung perempuan yang telanjang. Semakin eksotis semakin tinggi posisi perempuan,” kata Ai saat mengisi Sekolah Islam Gender (SIG) di Pengurus Wilayah (PW) Nahdatul Ulama Jawa Barat, Sabtu (8/4/2017).
Lalu, Yahudi di mana perempuan sebagai sumber laknat. Begitu juga di Inggris, ada praktik penjualan terhadap istri yang dilakukan oleh suami. Terakhir, Arab Saudi potret buram ketidakadilan terhadap perempuan.
“Akan tetapi yang paling ekstrim sekarang adalah gerakan terorisme yang menjadikan perempuan sebagai pelaku,” ucapnya.
Gerakan ini membidik perempuan-perempuan yang menjadi buruh migran. Di mana pendidikannya masih sangat minim. Dia menegaskan pentingnya pendidikan bagi para perempuan.
Dalam kesempatan tersebut, dia mencontohkan gerakan bom bunuh diri yang menjadi pelaku ada berasal dari Indonesia di Turki. Hal inilah yang sangat disayangkan oleh dirinya.
“Bagaimana cara perekrutannya melalui sosial media. Mencari perempuan-perempuan yang sedang mengalami masalah yang tinggi,” ungkapnya.
Menurut perempuan yang sempat menjadi ketua Pengurus Besar (PB) Koprs PMII Putri 2005-2007 ini, modus baru yang hari ini sedang mengincar perempuan hamil sebagai pelaku bom bunuh diri. Di mana tidak seorang pun yang mengira pelakunya adalah perempuan hamil.
Menginggung acara SIG yang diselenggarakan oleh Komisariat UIN SGD Bandung, pendidikan macam ini dapat mencegah hal-hal tersebut semakin meluas. Terutama hal semacam ini bisa ditularkan setiap masyarakat di seluruh lapisan.
Pihaknya juga mengapresiasi kegiatan semacam ini. Agar bisa terus dilakukan dan diselenggarankan secara rutin. Bukan hanya menyasar kader, melain kepada kader laki-laki. (Putri)