JAKARTA, (CAMEON)-Pemerhati perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono joga mengatakan, banjir di beberapa wilayah Jakarta seperti Kemang dan Mampang merupakan merupakan bukti kegagalan Pemprov DKI menangani banjir. Tidak ada lagi alasan seperti akibat alam, hujan yang lebat, karena saat ini musim kemarau bukan musim hujan.
“Gubernur tidak perlu membela diri karena masih banyak pekerjaan penanganan banjir yang belum tuntas. Apalagi dikaitkan dengan normalisasi kali Ciliwung dan belum adanya relokasi warga Bukit Duri. Gubernur tidak perlu menyalahkan bawahan karena tidak becus menangani banjir,” ujar Joga saat dihubungi, Minggu (28/8) di Jakarta.
Seharusnya, lanjut Joga, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan rendah hati meminta maaf dan mengakui masih belum mampu menangani banjir dan perlu dukungan dari masyarakat/warga Jakarta. Ahok dan jajarannya pun harus bersedia mendengar masjkan dari masyarakat, akademisi, penggiat lingkungan, komunitas dengan tulus.
“Masukan itu dijabarkan dalam revisi RTRW & RDTR yabg diikuti dalam penganggaran yang jelas dalam RAPBD 2017 setta program kegiatan nyata yang langsung berhubungan dengan penanganan banjir tersebut, terutama dk kawasan yang kemarin terdampak banjir,” cetusnya
Dalam penanganan banjir ini, kata Joga, Pemprov DKI harus fokus lima hal. Yakni, naturalisasi 13 sungai utama bukan dengan normalisasi ayau betonisasi. Lalu, revutalisasi 44 waduk dan 14 situ yang masih terlantar, rehabilitasi saluran air skala mikro, meso, makro agar saling terhubung dengan baik, lancar dan tanpa sumbatan.
Selain itu, DKI juga diminta untuk optimalisasi ruang terbuka hijau (RTH) yang sudah ada sebagai daerah resapan air dan terus menambah RTH baru di Jakarta. Yang tak kalah penting, DKI diminta menerbitkan kebijakan yang mewajibkan halaman rumah, kantor, gedung, dan lainnya sebagai daerah resapan air, sehingga air hujan tidak ada yang terbuang percuma tapi diresapkan ke adalam tanah atau ditampung dalam kolam penampung sebagai cadangan air.
Kepala Dinas Tata Air, Teguh Hendrawan mengatakan, banjir yang terjadi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan disebabkan karena jebolnya tembok rumah salah satu penduduk yang tinggal dipinggir sungai Krukut. Saat ini, pihaknya telah menerjunkan sejumlah petugas untuk membuat tanggul sementara agar genangan tidak meluas.
“Ada lima rumah warga yang temboknya dibangun persis di badan kali. Rumah itu berada di Jalan Kemang Selatan 8, 10, 12, Kemchick dan Hotel Pop Kemang. Ini yang jebol bukan tanggul tapi tembok rumah warga yang dibangun diatas dibibir kali. Kita akan pasang bronjong,” katanya.
Sedikitnya, ada 39 RW di 15 kelurahan 8 kecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur terendam banjir. Sebanyak 10.538 KK atau 31.622 jiwa terdampak langsung oleh banjir. Tidak ada pengungsian akibat banjir. Banjir di Jakarta Selatan meliputi Kecamatan Kebayoran Baru, Cilandak, Cipete Selatan, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, dan Pesanggrahan. Sedangkan di Jakarta Timur banjir di Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, dan Kramat Jati. cakrawalamedia.co.id (tama)