Kolom

Pemilu di Jepang

328
×

Pemilu di Jepang

Sebarkan artikel ini

Pertama salam kenal , saya seorang warga negara Indonesia yang semenjak lulus SMA pergi ke Jepang untuk mencari ilmu yang mudah-mudahan bisa bermanfaat buat saya khususnya dan orang-orang disekitar saya nanti setelah saya pulang ke tanah air. (Aamiin)

Terlepas dari siapa pemenang dalam #PEMILU2019 ini, “menurut saya” KPU, sebagai penyelenggara resmi telah gagal dalam menyelenggarakan hajatan besar 5 tahunan ini. Mulai dari kegaduhan-kegaduhan yang terjadi pra Pemilihan, sampai kegaduhan-kegaduhan yang terjadi pasca Pemilihan. KPU sebagai penyelenggara, yang juga punya tugas untuk menetralkan kegaduhan ini, sama sekali tidak mampu melaksanakan tugasnya. KPU hanya sibuk “membela diri” atas tuduhan2 terhadapnya.
Mulai dari pengelolaan website resmi KPU yang tidak bisa diakses, sampai kesalahan-kesalahan menginput data. Salah satu yang memalukan, adalah ketika salah satu komisioner KPU “membela diri” (dalam acara TV swasta 21/4) atas kesalahan menginput angka. komisioner itu membela (sambil tersenyum) bahwa kesalahan menginput data tidak terjadi hanya kepada satu peserta, tapi terjadi juga terhadap peserta lain. KPU “membanggakan” kesalahan input yang bahkan bisa ratusan suara yang salah dalam satu TPS. Tidak sepantasnya seorang komisioner KPU menyikapi hal ini dengan tersenyum, karena kita semua sama-samat tahu bagaimana sulitnya perjuangan anggota dibawah untuk mendistribusikan surat suara.

Dimana penghargaan KPU terhadap partisipasi rakyat, dan para anggota yang lain yang berjuang untuk mendistribusikan surat suara.

Saya jadi teringat peristiwa di Jepang 2 tahun kebelakang, sebelum diadakan pemilihan anggota dewan, dikampus saya diadakan seminar agar mahasiswa (anak muda) Jepang mau menggunakan hak pilihnya. Bahkan hampir setiap dosen dikelasnya ikut menganjurkan para mahasiswa untuk menggunakan hak pilihnya dalam senkyou (Pemilu) Jepang sendiri mempunyai masalah dengan rendahnya partisipasi. Dalam Pemilihan anggota dewan yang diadakan pada oktober 2017 tingkat partisipasinya hanya (53,68%). Indonesia yang katanya partisipasi pemilihnya Dalam PEMILU serentak ini 80% menurut saya sangat beruntung. Saya takut dengan pekerjaan KPU yang ancur kali ini, membuat para pemilih kehilangan kepercayaan yang menyebabkan enggan untuk berpartisipasi dalam PEMILU selanjutnya.

Apapun itu, saya teringat perkataan salah satu dosen saya, bahwa di dunia ini tidak ada sistem demokrasi yang sempurna, yang paling penting adalah semua orang merasa bahagia dengan pesta demokrasi ini. Dan untuk saudaraku sebangsa setanah air, mari kita nikmati hal yang sangat langka, dimana Indonesia mempunyai dua presiden (Quick Count dan Real count menurut versinya).

Nagoya, 22 april 2019

Gifar Solahudin

Mahasiswa Nanzan University Japan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *