BANDUNG, (CAMEON) – Sekitar 42 lukisan berjejer rapih di Gedung Yayasan Pemberdayaan Kebudayaan Jawa Barat, Jalan Braga. Lukisan-lukisan bertema Tatar Sunda itu dilukis oleh tiga generasi berbeda. Diantaranya, Yus Rusamsi, Ayi C Sacariputra dan Nana Banna.
Menurut salah satu pelukis Nana Banna, pihaknya hanya ingin mempublikasikan hasil karyanya kepada masyarakat. “Saya ingin masyarakat lihat lukisan saya. Hasil karya saya seperti apa,” ungkap Nana kepada wartawan, Kamis (1/9).
Pria yang sudah lama malang melintang di dunia lukisan, karya yang menjadi andalannya adalah tari Topeng Cirebon. Dia melukiskan dalam lima lukisan dengan gaya tari yang berbeda.
Menurutnya, tari tersebut dilukis tahun 2015. Akan tetapi, terlebih dahulu melakukan riset selama tiga tahun di tahun 2010. Diakui olehnya, gaya tarian tersebut memiliki gerakan yang berbeda diantara yang lainnya.
Bahkan, pihaknya mendapatkan makna yang berbeda tari gerakan-gerakan tersebut. “Saya sendiri tidak bisa ungkapkan. Yang bisa merasakan hati, pokoknya indah waktu lihat tariannya,” ungkapnya.
Selain itu, lukisan yang baru dipamerkan tiga hari itu, ada beberapa pihak yang sudah menawarnya. Kata dia, lukisan mojang sunda ada yang menawar hingga Rp 20 juta.
“Sebenarnya, yang jadi master peace itu tari topeng Cirebon. Ada lima lukisan kalau itu. Nah, kalau mojang sunda cuma dua,” jelasnya.
Menurutnya, lukisan mojang sunda yang ditawar itu mengambil enggel pencahayaan yang berbeda. Sedikit lebih gelap dan hanya wajah putih mojang itu yang terlihat putih. cakrawalamedia.co.id (Nta)