News

Miris, Nenek Miskin dan Buta di Pangandaran Luput dari Perhatian Pemdes

302
×

Miris, Nenek Miskin dan Buta di Pangandaran Luput dari Perhatian Pemdes

Sebarkan artikel ini
Miris, Nenek Miskin dan Buta di Pangandaran Luput dari Perhatian Pemdes
Nenek Latem sebelah kanan baju putih di temani adiknya Sukaenah sebelah kiri

PANGANDARAN (CAMEON) – Nenek Latem (55) warga Dusun Kamurang RT 05 RW 11 Desa Babakan, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat hidup dalam kondisi memprihatinkan. Pasalnya, nenek miskin dan buta ini tinggal di sebuah gubuk berdindingkan bilik bambu dan lantai tanah yang hanya ditutup karpet plastik.

Berdasarkan informasi yang dihimpun CAMEON, Nenek Latem sejak usia 2 tahun silam sudah mengalami kebutaan. Namun, yang paling miris sejak ditinggal meninggal sang Ibu satu tahun lalu Nenek Latem tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari Pemerintah Desa setempat baik itu, BLT, Raskin ataupun bedah rumah serta bantuan-bantuan lainnya.

Saat CAMEON menyambangi gubuk reot Nenek Latem. Ia nampak kaget dengan kedatangan CAMEON dan salah seorang Perwakilan dari Pangandaran Berbagi.

“Duh, aya naon nya pak meuni rareuwas” ( Duh, ada apa ya pak agak kaget),” ujar Latem mengawali perbincangan dengan CAMEON, Rabu (5/4/2017).

Nenek Latem mengaku selama ini dirinya hanya mengandalkan bantuan adiknya yang kini tinggal satu atap. “Sejak ibu meninggal, adik saya dan suaminya tinggal di sini menemani saya, jadi untuk makan pun saya dapatkan dari mereka,” akunya.

“Sebelum ibu meninggal kami tinggal bersama. Sejak bapak meninggal ibu hanya bekerja bikin sapu lidi yang penghasilannya tidak menentu. Sedangkan, saya sendiri dalam kondisi buta tidak bisa berbuat banyak. Bahkan untuk makan pun kami hanya mengharapkan uluran tangan saudara karena pemerintah setempat nampak tidak peduli dengan keluarga kami,” ungkapnya dengan nada lirih.

Sementara itu, Sukaenah (53) adik kandung Nenek Latem mengatakan bahwa kondisi kakaknya yang tidak bisa melihat itu berlangsung selama 53 tahun silam. Dan sama sekali belum pernah diobati karena terbentur biaya serta tidak adanya bantuan dari manapun termasuk desa setempat.”Rasa ingin mengobati ada tapi dari mana biayanya. Untuk makan, kami saja cuma mengandalkan suami yang kerjanya serabutan dan penghasilannya tidak jelas,” katanya.

“Keluarga kami, kakak dan almarhum ibu sejak dulu luput dari perhatian pemerintah desa. Adapun bantuan Raskin setelah RTnya Pak Benjan. Sebelumnya, saya tidak pernah dapat bantuan apapun termasuk BLSM,” ungkap Sukaenah.

Menurut Sukaenah, yang mendapatkan bantuan bukannya orang-orang miskin seperti kami, tetapi orang yang mampu dan masih bisa bekerja yang dapat bantuan.”Bukan kami sirik atau apapun, tapi kami berharap pemerintah bisa melihat mana yang harus dibantu dan mana yang harus diperhatikan, tapi ini malahan yang dapat bantuan orang-orang yang mampu. Usahanya juga mapan,” cetusnya.

Saat ditanya apakah merasa terbebani mengurus Nenek Latem, Sukaenah menegaskan dirinya dan suami sama sekali tidak merasa terbebani mengurus kakak yang kondisinya memprihatinkan. “Kami ihklas mengurus kakak, walaupun kadang suka merasa sedih karena tidak ada biaya untuk masak,” tuturnya.

“Ada juga tetangga namanya Nenek Ee Esih sekitar 70 tahunan, tapi dia selalu dapat bantuan termasuk bedah rumah, jadi menurut saya pemerintah pilih kasih dalam memperhatikan warganya,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, CAMEON dan salah seorang perwakilan dari Pangandaran Berbagi memberikan beras dan sejumlah uang. Bagi para dermawan yang ingin memberikan bantuan kepada Nenek Latem bisa langsung mendatangi kediamannya di Dusun Kamurang RT 5/11 Desa Babakan, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. (Andriansyah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *