News

Kasus HIV AIDS 2019 di Kota Tasik Diprediksi Naik

130
×

Kasus HIV AIDS 2019 di Kota Tasik Diprediksi Naik

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) menggelar workshop gerakan penguatan penanggulangan bahaya LGBT, sebuah perilaku seksual yang rentan terhadap pengembangan penyakit AIDS.

Pengelola Program Komisi Penanggulangan HIV AIDS Kota Tasikmalaya, Wawan Wardiana mengatakan, data kasus baru penyakit AIDS di Kota Tasikmalaya tiga tahun terakhir masih terbilang tinggi.

Wawan merinci data pada tahun 2017, kasus HIV AIDS di Kota Tasikmalaya sebanyak 57 kasus, tahun 2018 sebanyak 99 kasus, dan tahun 2019 mulai Januari hingga Agustus sebanyak 70 kasus.

“Penemuan kasus baru itu ada kemungkinan di 2019 naik melebihi target 100 persen,” ujarnya, disela kegiatan sosialisasi di Kota Tasikmalaya, Kamis (03/10/2019).

Ia menerangkan, penularan HIV AIDS bisa melalui hubungan seks sual bebas berlawan jenis, penggunaan narkoba dari jarum suntik yang disalurkan melalui darah, melalui cairan sperma, cairan vagina, dan asi ibu yang positif terjangkit HIV AIDS.

“Pengidap HIV AIDS tak bisa dilihat secara kasat mata, makanya menjadi faktor kesulitan bagi KPA, karena kebanyakan orang tidak mau di tes,” jelasnya.

Wawan menduga, kebanyakan pengidap HIV AIDS tidak mau beresiko, atau dirinya merasa sehat. Sehingga tidak bisa di lihat secara kasat mata, tetapi akan diketahui setelah dilakukan konseling baru ketahuan.

Pejabat Fungsional Epidemiologi Kesehatan Dinkes Kota Tasikmalaya, Ari Kusmara menjelaskan, penguatan gerakan penanggulangan bahaya LGBT seksual rentan terhadap pengembangan penyakit HIV AIDS adalah lanjutan dari kegiatan inovatif HIV AIDS tahun 2017.

“Sebelumnya telah merancang suatu kegiatan inovatif yaitu terkait dengan fenomena tingginya kasus HIV pada kelompok LGBT,” terangnya.

Dikatakan, ada empat tatanan program dari mulai tindakan pencegahan, penjangkauan, pendampingan pencegahan resiko pengembangan komunikasi dan rehabilitasi komprehensif. Semua upaya ini untuk menekan angka kasus HIV AIDS.

Nah, dari empat poin yang dia sebutkan di atas, ada satu program yang sampai saat ini belum terlaksana. Yaitu membuat rehabilitasi atau tempat untuk rehabilitasi. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *