KAB TASIKMALAYA (CM) – Warga yang ingin pergi dari Desa Sindangkasih ke Desa Cayur di Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, atau arah sebaliknya terpaksa harus memutar jalan lebih jauh, bahkan tak sedikit memaksa menyebrangi Sungai Cimedang dengan menggunakan rakit.
Hal itu menimpa warga karena jembatan setempat yang menghubungkan kedua desa itu belum dipastikan bakal diperbaiki secepatnya pascaputus karena terjangan banjir bandang, Jumat (19/06)
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk meminjam jembatan bailey untuk akses sementara warga. Sebab, untuk membuat jembatan permanen akan memakan waktu yang lama. “Sekarang lagi diusahakan (jembatan bailey). Mudah-mudahan dapat secepatnya digunakan, ungkapnya, Kamis (25/06/2020).
Irwan mengatakan, jembatan itu terputus setelah diterjang banjir bandang yang terjadi di Sungai Cimedang, pada Jumat lalu. Menurut dia, putusnya jembatan itu membuat akses warga terhambat.
Warga yang akan melakukan aktivitas harus memutar jauh untuk menuju desa lainnya. Sementara itu, terdapat warga yang memaksa menggunakan rakit dengan tali untuk melintasi Sungai Cimedang. |”Kalau kondisi begini kan bahaya juga karena intensitas hujan masih tinggi,” tambahnya.
Sementara itu, pihak Dinas PUPR Kabupaten Tasikmalaya melalui Kepala Bidang Jalan dan Jembatan tetap akan membangun Jembatan Bailey, namun sebelumnya akan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Jawa Barat. Jembatan dengan panjang 40 meter dan lebar 2,5 meter tersebut juga akan dikoordinasikan dengan pihak BPBD.
Camat Cikatomas, Maman Rahman Effendi, mengungkapkan, akibat jembatan yang berdiri di atas Sungai Cimedang itu terputus, warga tak bisa lagi beraktivitas seperti biasa. Warga yang ingin pergi ke pusat Kecamatan Cikatomas harus memutar melalui jalur lain yang lebih jauh.
Ia mengakui, terdapat tiga jalur alternatif yang dapat dilalui warga. Pertama, warga harus berputar melalui Kecamatan Salopa dan mesti menempuh jarak sekira 10 kilometer lebih jauh. Jalur alternatif lain melalui Kecamatan Pancatengah dengan jarak 15 kilometer lebih jauh. “Alternatif ketiga harus lewat Pangandaran dan itu lebih jauh lagi. Akibatnya ongkos bensin semakin meningkat,” tandasnya. (Amas)