TASIKMALAYA (CM) – Yudi (42), Didi (67) dan Yoyo (61) pengrajin dan penjual golok di Kampung Sayuran RT 08/03 Dusun Galonggong Desa Cilangkap Kabupaten Tasikmalaya mengaku penjualan berbagai jenis golok jelang Hari Raya Idul Adha meningkat tajam dari hari bulan biasanya.
“Golok yang dijual dan diminati oleh para pembeli jelang Idul Adha mulai golok sopak, golok rawing, golok banten golok bowi, dan golok patimura,” imbuh Yudi saat ditemui di tempat produksi golok Sabtu (10/8/2019).
Sementara itu, kata Yudi, harga golok yang dijual berpareatif, golok rawing mulai diproduksi hingga jadi seharga Rp.400 ribu, golok banten Rp. 700 ribu, golok bowi Rp.400 ribu, golok patimura Rp.400 ribu, golok jumleng Rp.250 ribu. dan pisau sisit, Rp.150 ribu.
Untuk bahan dan kualitas dapat terjamin karena menggunakan bahan ungulan, bahan pegangan dan warangka menggunakan kayu besi dan kijulang, seno keling, ruyung kalapa, ruyung aren, yang merupakan bahan berkualitas.
“Untuk penjualan golok, jelang Idul adha ada peningkatan mencapai 50 persen dari hari dan bulan sebelumnya. Namun terkendala bahan baku yang didatangkan dari Sulawesi seperti tanduk mentah meningkat tajam dari harga Rp. 75, sekarang Rp.80-90 ribu, termasuk bahan baku baja sebelumnya Rp. 7 ribu per Kg, sekarang Rp 9 ribu per Kg,”ujar Yudi.
Menurutnya, mahalnya bahan baku golok selain sulit dicarinya juga di makup oleh distributor, sehingga harga jual ke pengrajin berlipat ganda.
Sedangkan biaya proses produksi dengan mengunakan palu, pahat baja, capit, pembakaran, di belah, kemudian di tempa, di gurinda, sipuh, sesudah di sipuh memakai warangka dan pegangan, kayu bakar arang sehari menghabiskan 5 karung dengan total biaya Rp.900 ribu.
“Sementara pemasukan per hari Rp. 950 ribu, jelas kalau di hitung hitung antara pemasukan dan pengeluaran sangat minus,” papar Yudi.
Ia berharap adanya peningkatan harga bahan baku yang mahal. Pemerintah dapat berperan aktif untuk meminimalisir harga bahan baku yang di makup seenaknya oleh bandar sebagai pengepul,” pungkasnya. (Edi Mulyana)