BANDUNG BARAT (CM) – Entin Kartini (45), seorang janda lima orang anak harus hidup dengan segala keterbatasan sejak ditinggal almarhum suaminya, Mamat, sekitar 2 tahun lalu. Entin yang tinggal di sebuah istana sederhana berbahan triplek berlantaikan tanah di Kampung Ciwantani RT 04/17 Desa Cilame Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat (KBB), butuh perhatian.
Bersama kelima anaknya, Entin harus hidup dengan segala keprihatin di lingkungan Pemerintahan KBB. Dirinya harus menghidupi anak-anaknya yang masih berusia belia. Menjadi kepala keluarga, membuat dirinya harus berjibaku dengan kesederhanaan yang sedang ia rasakan.
Ketua organisasi bidang sosial J-Balad (Jaminan Balad) Kecamatan Ngamprah KBB, Weni Waryati yang menyaksikan langsung kondisi Entin bercerita, mengaku prihatin melihat kondisi Entin yang harus hidup tanpa makanan yang layak, ditambah tanpa asupan susu dan bagi anaknya yang masih kecil.
“Tidak tega melihat kondisi beliau, ini harus ada yang ikut membantu selain organisasi seperti kita, pemerintah setempat pun harus tahu kondisi sosial seperti ini dengan memberi solusi kelangsungan hidup keluarga Ibu Entin,” Kata Weni, Sabtu (01/12/2018).
Diakhir penghujung tahun 2018, Entin yang tinggal di Ibu Kota KBB harus merayakan pergantian tahun dengan kondisi yang memprihatinkan. Anak pertama Entin, yang seharusnya duduk di sekolah SMP terpaksa keluar dari sekolah karena harus membantu ibunya bekerja untuk menafkahi ketiga adiknya yang masih sekolah, dan satu balita.
“Anak Bu Entin yang pertama harus cari uang bantu ibunya untuk menafkahi adik-adiknya. Kami dari J-Balad membantu alakadarnya dengan paket sembako, paket anak yatim, alat tulis, serta susu,” ujar Weni.
Salah satu anggota J-Balad lainya, Nurul, ikut menyampaikan kondisi rumah Entin dengan kamar mandi yang sangat memprihatinkan tanpa tutup sama sekali sehingga terlihat semua oleh warga yang lain.
“Paling tidak harus membantu kamar mandinya yang paling harus dibenerin. Terlihat tidak ada jendela dan tanpa pintu, kalau mandi atau mencuci airnya pasti masuk ke dapur ini menyedihkan,” pungkas Nurul. (Agus)