KOTA TASIKMALAYA, (CAMEON) – Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia Tubercle Bacillus (TB) kurang-lebih 95 persen telah berhasil disembuhkan.
Pejabat Fungsional Epidemiolog Ari Herri Kusmara meyakinkan, masyarakat yang menderita TB tidak perlu patah semangat. Berobat yang disiplin dan penuh komitmen, insya Allah sembuh.
“Untuk proses penyembuhan TB harus diobati minimal 6 bulan. Kami mengajak masyarakat khususnya bagi penderita TB untuk selalu berperan aktif dalam penemuan kasus TB,” ujarnya, usai peringatan puncak peringatan hari TB di area Car Free Day di Bunderan Tugu Adipura Jalan HZ Mustofa, Minggu (26/03/2017).
Masyarakat agar aktif menemukan TB, yaitu dengan mencari gejala utama TB, di antaranya batuk berdahak lebih dari 2 minggu.
Setelah ditemukan, katanya, silakan merujuk ke puskesmas setempat dan Rumah Sakit Umum untuk segera diobati dengan gratis.
Tips untuk mencegah TB, katanya, masyarakat harus meningkatkan PHBS (pola hidup bersih dan sehat), perbanyak makan makanan bergizi, lebih meningkatkan makanan sayuran dan buah-buahan serta olahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
“Serta memperhatikan ketika batuk dan jangan meludah sembarangan. Gejala TB batuk berdahak lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, mual, dan demam, sering keluar malam tanpa aktivitas yang jelas,” ujarnya.
Ari mengingatkan, bahaya penularan TB lebih cepat dibanding dengan penyembuhannya. Menurutnya, bila seorang yang menderita TB BTA, bila tidak ditemukan dan tidak diobati, maka berpotensi menularkan ke 20 orang sekitar dalam waktu 1 tahun.
Pada hari peringatan TB sedunia ini, pihaknya berharap agar seluruh masyarakat Kota Tasikmalaya semakin sadar terhadap bahaya penyakit TB. Paling penting lagi, mau berperan Aktif dalam penemuan kasus TB.
“Mari kita jadikan diri kita ini menjadi orang yang terbaik. Yaitu dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi yang lain. Yaitu dengan memberikan pengetahuan dan menolong orang di sekitar yang menderita TB,” pungkasnya. (Edi Mulyana)