CIMAHI, (CAMEON) – Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Arlan Sidha menilai peta persaingan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Cimahi masih sengit meski Calon Wali Kota nomor urut satu, Atty Suharti harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga menerima suap.
Menurut dia, kondisi saat ini bisa dimanfaatkan oleh pasangan lain untuk menarik hati pemilih. Di satu sisi, Tim Sukses dan partai pengusung Atty Suharti mau tidak mau harus bekerja lebih ekstra untuk mempertahankan konstituen.
“Masih sengit, karena saya berpikir, akan banyak bola-bola liar. Kalau dimanfaatkan, jelas situasi ini menguntungkan buat calon lain. Partai yang sudah mengusung (Atty) harus bekerja keras. Mesin politik harus bekerja habis-habisan kalau menurut saya,” kata Arlan saat dihubungi, Jum’at (9/12/2016).
Dikatakan dia, karena Atty sedang ditahan KPK, maka pasangannya di Pilkada, Achmad Zulkarnain (Azul) serta partai pengusung seperti Partai Golkar, Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus membuat strategi agar masyarakat tidak hilang kepercayaan terhadap pasangan nomor satu.
Selain itu, untuk pasangan lainnya yakni Asep Hadad Didjaya-Irma Indriyani serta Ajay M Priatna-Ngatiyana tentunya ini menjadi kesempatan yang harus dimanfaatkan untuk menyerobot konstituen yang semula menjadi pemilih loyalis Atty-Azul.
“Siapa yang bisa memanfaatkan pemilih, ya hanya nomor 2 (dua) dan nomor 3 (tiga) yang bisa melakukan strategi itu,” ujar Arlan.
Secara keseluruhan, lanjut Arlan, peluang pasangan Atty-Azul untuk menang masih ada meski mengecil. Sebab, sejak kasus suap muncul, menurutnya tingkat kepercayaan terhadap Atty-Azul dipastikan menurun.
“Saya berpikir peluang petahana Atty masih ada, hanya saja peluangnya kecil, butuh strategi politik,” tutur dia.
“Perlu penguatan dalam unsur koalisi, koalisi yang mengusung petahana, partai-partai, harus ada konsolidasi sehingga suara tetap terjaga,” tambah Arlan.
Sementara itu, Ketua DPD Partai NasDem, Muchlisin menjelaskan, NasDem dan partai pengusung Atty-Azul terus melakukan koordinasi dan sudah dibulatkan kesepakatan untuk terus mengikuti Pilkada.
“Kami sepakat Pilkada harus lanjut dan Pilkada harus bisa dimenangkan oleh pasangan nomor satu,” katanya.
Di sisi lain, Ketua Tim Pemenangan pasangan calon nomor urut dua, Edi Kanedi menyatakan, pasangan Atty-Azul merupakan pasangan paling berat.
“Tapi dengan kejadian ini bisa dibilang sedikit menguntungkan bagi calon lain,” kata dia.
Dengan adanya kasus ini, kata dia, dukungan kepada Atty bisa berbalik mendukung pasangan yang diusungnya. “Yang jelas, saya berkeyakinan masyarakat tidak akan memilih pasangan nomor urut satu,” ucap Edi.
Berbeda dengan Tim Pemenangan nomor dua, Ketua Tim Pemenangan nomor urut tiga, Denta Irawan mengaku peristiwa yang menimpa Atty tidak berpengaruh pada proses politik di Cimahi.
“Dari awal kami sudah berhitung dan menurut saya, kasus ini tidak terlalu mempengaruhi terhadap keadaan, yang jelas bahwa kami dari awal yakin menang,” tegas dia. (Rizki)