BANDUNG BARAT (CM) – Sungguh malang nasib Tiara Citra, bocah sebelas tahun itu harus terbaring lemas tak berdaya di ruangan tengah rumahnya. Di saat teman-teman sebayanya asik bermain, dia hanya bisa diam merasakan penyakit yang dideritanya.
Siapa yang tidak iba melihatnya, di sekujur tubuhnya terdapat luka seperti bekas terbakar. Meski raut senyum nampak dari bocah lucu ini, namun tetap saja ia terlihat menderita.
Selain luka di sekujur tubuh, bocah asal Kp. Seketando RT 02/13 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini harus merelakan rambutnya sedikit-sedikit hilang lantaran kulitnya yang terus mengelupas.
Ipah Setiawati (46), sang ibunda Tiara menceritakan ihwal penyakit yang sedang diderita anak bungsunya itu. Meski nada suara lilis nampak tegar, namun ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya ketika melihat si bungsu tak berdaya.
“Awal gejalanya waktu disuntik di sekolah. Kondisinya lagi sakit, lagi panas. Dua hari kemudian baru ada efek, gatal-gatal mulai dari hidung dan menjalar ke bagian tubuh lainnya,” kata Ipah di rumahnya, Rabu (28/11/2018).
Ia mengaku telah lakukan berbagai upaya pengobatan medis, mulai di bawa ke dokter hingga di bawa ke rumah sakit yang berada di Cimareme. “Saur dokter rumah sakit mah da ieu teh virus. (kata dokter di rumah sakit ini adalah virus. Virus campak rubella,” katanya.
“Tapi da abdi mah teu terang nanaon eta oge saur dokter we terang kitu teh (Tapi saya tidak tahu apa-apa, itu juga kata dokter),” sambungnya. Melihata kondisi tiara yang terpuruk, terpaksa Ipah harus menghentikan aktifitas anaknya, mulai dari sekolah hingga bermain.
Tiara yang sebelumnya bersekolah di SD Mekarjaya harus merelakan sekolahnya padahal Tiara dibilang aktif, selalu mendapatkan rangking pertama. “Alhamdulillah di sekolahnya berprestasi dan selalu mendapatkan rangking satu, bahkan dia selalu ikut andil dalam pengibaran bendera ketika upacara,” ujar Ipah.
Untuk sekarang, Ipah mengatakan, dirinya terus mengontrolnya ke dokter setiap seminggu sekali. Sekali berobat harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 410.000. “Kalau ke rumah sakit sudah apalagi ke dokter. Ya, harus bagaimana lagi, upaya mah terus dilakukan,” ungkap Ipah.
Selama ini dirinya telah berupaya maksimal banting tulang memeras keringat untuk bisa mengobati anaknyatersebut. Meski hanya seorang ibu rumah tangga namun kesembuhan anaknya nomor satu. “Semenjak tiara umur empat bulan sudah ditinggal Almarhum ayahnya, ya mau gimana lagi sekarang ibu yang harus jadi kepala keluarga dari empat anak,” imbuh Ipah.
Ipah yang sebelumnya bekereja sebagai buruh pabrik, kini harus merelakan pekerjaannya lantaran harus mengurus Tiara. “Sekarang mah tidak bekerja kerena harus mengurus si bungsu sakit, soalnya tidak mau sama orang lain,” ucap ia.
Untuk pengobatan Tiara, dirinya harus mengandalkan bantuan dari keluarganya bahkan dari masyarakat yang merasa iba terhadap kondisi Tiara. “Semoga saja pemerintah dapat membantu, karena Tiara sudah ingin sekolah dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian,” tandasnya. (Agus)