BANDUNG BARAT (CM) – Ada yang unik dengan perpustakaan ini, rak-rak buku yang tersusun di sini seakan-akan membawa Anda merasakan atmosfer perpustakaan yang ada di Eropa.
Faktanya, Bibliotheek (perpustakaan) tahan api ini didirikan tahun 1931 di area kompleks Observatorium Bosscha. Koleksi buku pertama kali oleh Prof H.G Van De Sande Bakuikjzen, mantan direktur Leiden University pada tahun 1920an.
“Buku-buku yang ada disini sebagian besar dari Eropa. Koleksi buku ada sekitar 5000, sedangkan jurnal dan publikasi berjumlah lebih dari 20.000,” ungkap Elyani Sulistialie, selaku pustakawan di Perpustakaan Observatorium Bosscha. Selasa (10/04/18)
Walaupun Observatorium Bosscha sudah dibuka pada tahun 1928, namun Bibliotheek (perpustakaan) ini berdiri sekitar tahun 1931. Alasan didirikannya Bibliotheek (perpustakaan) ini dahulunya adalah untuk keperluan riset astronom, karena bahan pustakanya ada di Bibliotheek Observatorium Bosscha ini. Selain itu juga berfungsi sebagai sarana untuk melengkapi Observatorium.
Elyani Sulistialie menambahkan, koleksi buku berasal dari LKPF, IAU, USNO yaitu berupa sumbangan hibah dari institusi dalam dan luar Negeri. Di Bibliotheek ini terdapat buku tentang Fisika, Matematika, Astronomi, dll. Koleksi utama di Bibliotheek Observatorium Bosscha mayoritasnya berupa jurnal dan publikasi, kelebihan dari Bibliotheek (perpustakaan) ini yaitu dapat menerima publikasi dari berbagai institusi dan menjalin kerjasama dengan Observatorium dari seluruh dunia sejak zaman dulu.
“Untuk saat ini, pengunjung kurang dari 10 orang tiap minggunya karena kebanyakan yang berkunjung dari mahasiswa tingkat akhir yang sedang riset. Kebetulan saya anggota pustakawan dunia, komunitas perpustakaan astronomi yang beranggotakan 100 orang lebih. Tahun 2014 saya ikut seminar di Italy dengan judul The Roles For the Librarian of Bosscha Observatory: Review of Tasks in Library over Two Decades. Kelanjutan dari pertemuan ini bisa untuk membuat milling list, yang bisa kami share untuk keperluan kepustakawanan,” ungkap Elyani Sulistialie.
Ternyata, banyak pula mahasiswa dari luar daerah yang melakukan riset di perpustakaan ini seperti dari Padang dan Surabaya. Lalu ada pula mahasiswa asal Finlandia dan Jepang yang akhir-akhir ini melakukan riset di Bibliotheek (perpustakaan) Observatorium Bosscha ini.
Untuk merawat buku-buku disini juga cukup mudah, cukup menggunakan kamper dan setahun sekali dibersihkan total. Dulu sempat dilakukan fumigasi (pengasapan).
Untuk berlangganan koleksi majalah, saat ini memerlukan dana ratusan juta rupiah pertahunnya. Dana bantuan dari LKBF, LKBF juga berlaku sebagai lembaga yang berperan untuk langganan jurnal serta berperan untuk mendanai astronom jika melakukan konferensi di luar negeri.
Buku berjudul Astronomia Danica terbitan tahun 1640 menjadi rekor buku tertua di Bibliotheek (perpustakaan) Observatorium Bosscha ini.
Buku mengajarkan kita bahwa bangsa yang beradab adalah bangsa yang menghargai dan tidak melupakan sejarah Negerinya (Ramadani Intan)