Kolom

Ide Pendidikan Karakter Untuk Bandung Barat

192
×

Ide Pendidikan Karakter Untuk Bandung Barat

Sebarkan artikel ini

Ada tiga kata yang menarik untuk dipikirkan tentang ruh pendidikan yang diperlukan oleh Bandung Barat khususnya dan bangsa kita, tiga kata itu adalah, “Seni membentuk manusia”.

Mimpi-mimpi besar tentang kemajuan pendidikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) telah saya visi-kan sejak lama. Sebagai alumni IKIP Bandung (sekarang UPI) dan kini sebagai Anggota Majelis Wali Amanah UPI, saya sangat serius memikirkan konsepsi pendidikan berkualitas.

Sejak aktif dalam gerakan Pramuka tahun 1970 dan pengalamanan dalam berorganisasi di OSIS, ide untuk menggagas pola-pola pendidikan karakter sudah terpikirkan. Penguatan soft skill yang ditempa melalui organisasi telah membangun mental saya untuk survive dengan memegang erat idealisme.

Pendidikan yang seirama dengan kearifan lokal sekaligus harmoni dengan potensi daerah harus diwujudkan. Ini bukan perkara mustahil, apalagi dengan dukungan kurikulum pendidikan nasional yang mendukung pendidikan karakter dan menghormati khasanah kedaerahan.

Pendidikan yang berkualitas bisa menjadi solusi atas berbagai permasalahan masyarakat. Membangun bangsa berarti membangun generasi, maka kunci membangun generasi itu hanya melalui pendidikan.

Tapi, pendidikan sendiri adalah investasi masa depan yang harus disiapkan secara serius. Perlu pemikiran matang, alokasi anggaran maksimal, dan pengawasan ketat.

Dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah merumuskan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam regulasi negara ini telah jelas mendukung pendidikan karakter terebut.

Pendidikan karakter adalah salah satu bagian dari pengejawantahan revolusi mental yang merupakan salah satu agenda Nawa Cita dari Presiden Joko Widodo. Presiden menggalakkan pembangunan karakter untuk mempertegas kepribadian dan jadi diri bangsa sesuai dengan amanat Trisakti Soekarno yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Salah satu agenda pendidikan nasional saat ini, sistem pendidikan yang diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup Indonesia.

Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram, terarah dan tepat sasaran oleh negara dapat membantu membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.

Semangat pendidikan karakter yang digelorakan secara nasional itu sebenarnya sudah direncanakan sejak saya menjadi bagian dari pemerintahan KBB. Saya mengakui, bahwa pendidikan yang ada saat ini masih terfokus pada angka-angka diatas kertas. Sementara karakter peserta didik menjadi nomor sekian.

Jika mau jujur, melimpahnya potensi yang dimiliki KBB ini bisa menjadi keunggulan apabila dikelola oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter unggul. Kuncinya itu, membangun manusia berkarakter yang bisa dibuat pondasinya lewat pendidikan.

Jika melihat potensi besar yang dimiliki KBB, seharusnya tidak ada alasan untuk tidak berkembang dan maju. Satu-satunya daerah potensial diwilayah Bandung Raya atau bahkan diwilayah Priangan yang menyaingi Kota Bandung hanyalah KBB.

Apa sebenarnya yang kurang dari KBB untuk menjadi daerah yang maju? Tidak ada. Sumber daya alam melimpah ruah. Potensi wisata ada dimana-mana. Bahkan, sumber daya manusia saat ini di KBB mencapai 1, 6 juta jiwa.

Alasan mendasar yang menjadi sandungan KBB tidak maju sesuai harapan dan tidak meratanya kesejahteraaan adalah SDM-nya yang kurang berkarakter. Ini peer kita, bagaimana SDM aparatur kita dan masyarakat pada umumnya bisa berubah lebih baik.

Maka kuncinya, membangun generasi yang berkarakter harus dilakukan melalui pendidikan. Mewarnai kurikulum pendidikan nasional dengan kekhasan Bandung Barat. Kita bisa melakukan itu.

Misalnya, saya punya misi pendidikan yang bernama, “Mencari Berlian Bandung Barat.” Ini adalah ide yang ingin saya jalankan untuk menjaring anak-anak miskin dari hulu. Memberikan beasiswa lengkap dengan pembinaan psikologi dimulai dari hulu.

Sejak anak-anak kita memasuki jenjanh SMA kita akan mendata, mana anak miskin dan tidak mampu. Mereka lalu mengikuti assesment oleh psikolog atau lembaga pengembangan SDM dan manajemen terapan, lalu disesuaikan dengan minat dan bakatnya.

Kita kawal pasokan gizi dan bombings belajarnya. Kita siapkan mentoring dan pembinaan rutin, comprehensive dan intensif. Kita kawal pendidikannya sampai tinggi, sambil memberikan beasiswa hingga MoU dengan perguruan tinggi tertentu. Kita alokasikan sampai mereka selesai strata-1. Berbagai bidang, jurusan dan fakultas tentunya.

Memberikan beasiswa secara menyeluruh ini saya meyakini, bisa memotong rantai kemiskinan. Tidak hanya memberikan “daging” berupa duit beasiswa saat mereka sudah masuk kuliah, namun pembinaan yang intensif dan terfokus Sejak mereka remaja.

Selanjutnya, pendidikan karakter entreprenuer yang dibumikan disetiap sekolah se-KBB. Program ini tak hanya teori belaka, namun ada aplikasi nyata bagaimana peserta didik berwirausaha, aplikasi manajemen pemasaran bahkan langsung berinteraksi dengan dunia bisnis.

Melengkapi itu, salah satu konsepsi pendidikan karakter yang disiapkannya adalah Sekolah Berasrama. Konsep ini persis sama dengan pondok pesantren, namun lebih terfokus pada keahlian tertentu.

Pendidikan berasrama yang dicontohkan pesantren telah membuktikan pendidikan hebat. Saya lihat, kegagalan pendidikan di sekolah saat ini bisa diantisipasi dalam konsepsi pendidikan berasrama.

Saya yang pernah lama menggeluti profesi konsultan pendidikan di Kementrian Pendidikan Nasional punya pendapat, pendidikan selama ini lebih menekankan pengembangan kemampuan intelektual akademis dan kurang memberi perhatian pada aspek yang sangat fundamental, yakni pengembangan karakter.

Seseorang dengan kemampuan intelektual yang tinggi dapat saja menjadi orang yang tidak berguna atau bahkan membahayakan masyarakat jika karakternya rendah. Oleh sebab itu pendidikan karakter seharusnya ditempatkan sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan nasional.

Semangat karakter yang ingin saya gelorakan, adalah merubah paradigma pendidikan yang tidak selalu mementingkan kecerdasaan semata-mata. Pendidik jangan hanya melihat siswa cerdas dalam keilmuan, sehingga pembelajaran nilai-nilai moral yang ada sering dianggap kuno dan konservatif. Ini tidak benar.

Anak-anak kita akan hidup pada jamannya kelak. Saya dan kita semua belum mampu membayangkan seperti apa jaman anak-anak kita nanti. Tugas kita hanyalah membekali dengan pondasi yang kuat dengan aqidah, moral, akhlak dan berbagai keunggulan lainnya.

Nilai-nilai moral akan sangat berguna untuk pengembangan pendidikan karakter. Mereka yang berkarakter baik tentu akan lebih siap bersaing dalam persaingan global. Mereka pun InsyaAllah, akan menjadi generasi tangguh dan menghadapi perkembangan jaman.

Yayat T. Soemitra (Wakil Bupati Bandung Barat)

Oleh Yayat T Soemitra (Wakil Bupati Bandung Barat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *