Teknologi

Drone Ehang 184 Buatan Tiongkok Jadi Alat Transportasi Udara Dubai

296
×

Drone Ehang 184 Buatan Tiongkok Jadi Alat Transportasi Udara Dubai

Sebarkan artikel ini
Drone Ehang 184 Buatan Tiongkok Jadi Alat Transportasi Udara Dubai
Ilustrasi Net

TEKNOLOGI (CAMEON) – Drone Ehang 184 akan menjadi alat transportasi baru di Dubai. Drone buatan perusahaan Tiongkok ini akan beroperasi pada bulan Juli mendatang. Seperti dikatakan Matt al-Tayef, staf Departemen Perhubungan Dubai, pihaknya akan menggunakan Drone Ehang 184 pada Juli tahun ini.

“Ehang 184 telah melalui proses uji coba. Drone Ehang 184 mempunyai bentuk seperti helikopter kecil dan sanggup mengangkat beban hingga 100 Kilogram dengan durasi terbang mencapai 30 menit,” tuturnya.

Drone ini dikendalikan dengan menggunakan teknologi GPS. Dimana nanti penggunaannya akan dengan mudah diantarkan hanya dengan mengetik alamat pada aplikasi yang ada di dalam drone tersebut. Ehang 184 ini mampu terbang hingga jarak 50 Kilometer dengan kecepatan maksimum 160 km/jam. Selain itu, Ehang 184 juga sudah melakukan uji terbang di antara gedung pencakar langit di Dubai.

Tetapi di lain pihak seperti yang dikatakan Dr Steve Wright, ahli penerbangan senior dari University of the West of England bahwa pemerintah Dubai dinilai terlalu terburu-buru karena keselamatan harus menjadi prioritas utama pada drone Ehang 184 ini.

Menurutnya, Drone harus melakukan uji terbang selama 1000 jam sebelum digunakan sebagai transportasi resmi. “Pada saat uji coba sistem tampak bekerja dengan baik, yang sulit adalah membuat sistem tersebut tahan terhadap kegagalan,” kata Dr Steve seperti yang dikutip BBC news.

Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak akan ikut serta dalam proyek berbahaya tersebut. Dirinya merasa takut ketika ikut uji terbang dengan armada Israel. Bulan lalu, armada udara Israel juga mengembangkan Drone yang sama dan diberi nama Cormorant untuk kepentingan militer. Drone tersebut sanggup menampung beban 500 Kilogram dan terbang hingga kecepatan 185 km/jam. Satu unit Cormorant  dibanderol US$14 Juta atau sekitar Rp 186 Miliar. Rencananya akan digunakan pada tahun 2020. (Rifki Firdaus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *